Laporan Pendahuluan (LP) CA Cerviks
BAB I
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Carsinoma atau kanker adalah
pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan
bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri :
leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang
terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas,
tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat
terjadi berulang.
2. Anatomi dan Fisiologi
Serviks merupakan segmen
uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam
kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan
epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak
mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami
perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi.
Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis,
tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau
atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan
sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi mucus
pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami.
Walaupun ini bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna
patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar
bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung
bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur
endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma,
tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada
serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang
2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel
toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina
(OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya
pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.
3. Etiologi
Penyebab kanker serviks
tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam
proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus
usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya
(HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus :
pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual
yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure
DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah.
4. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker
serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang
perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan
epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel
(CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN
3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 – 10
tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali
fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para
metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum
uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis
histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan
adanya demam.
5. Manifestasi Klinik
Pada tahap awal terjadinya
kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa
ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga
adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan
pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit
yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat
menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut
gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.
Pada tahap yang lebih lanjut
dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat
keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah,
demam, dan anemia.
Tahap klinis
Penentuan tahapan klinis
penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana
tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang
dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation
of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas
pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
-
Karsinoma pre
invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
-
Karsinoma
invasive
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
I. a. Karsinoma mikro
invasive (invasi stoma awal).
I. b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak
mencapai dinding
panggul
II. a. Para metrium
masih bebas.
II. b. Para metrium
sudah terkena.
Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada
pemeriksaan
rectal tidak ada celah
antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan
afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai
dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau
afungsi ginjal.
Stadium
IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik
kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria
dan rectum).
IV. a. Menyebar ke
organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke
organ yang jauh.
6. Test Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
a. Sitologi
Keuntungan :
-
Murah.
-
Dapat memeriksa
bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
-
Tidak dapat
menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
-
Tidak dapat menentukan
dengan tepat lokalisasi.
b. Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung
glikogen, karena itu dapat mengikat jodium.
Kalau portio diberi jodium,
maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak
berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c. Pap Smear
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula
yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah
sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran
servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk
diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap
smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak
melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap
smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker
serviks:
·
Normal
·
Displasia ringan (perubahan
dini yang belum bersifat ganas)
·
Displasia berat (perubahan
lanjut yang belum bersifat ganas)
·
Karsinoma in situ (kanker
yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
·
Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
d. Kolposkopi
Kolposkop : Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan
dibesarkan 10 – 40 kali.
Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas,
kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai
berikut :
a. Benigna
1. Epitel gepeng yang normal.
2. Ectodi
3. Zone transforman
4. Perubahan peradangan
b. Suspek
1. Lekoplakia
2. Punctation : Daerah bertitik merah
3. Papillary punctation
4. Mozaik
5. Transformasi yang atypis
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah melakukan biopsi.
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat
saja yaitu portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal
tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali.
Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan
Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue.
Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat
dilihat tidak begitu populer.
d. Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat
diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan
multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat ditentukan
jenis Ca – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan – kelainan yang jelas.
Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan
pisau (Cold Conization)
7. Penanganan
Makin tinggi diagnosis makin
baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis
telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu
tim.
Disamping terapi karsinoma
serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan
fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan
biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik.
Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar
penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina
hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin
punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya
anak lagi dilakukan histerektomi total.
Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB
sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah
sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Pengobatan
lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:
·
Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
·
Rencana penderita untuk hamil lagi
·
Usia dan keadaan umum penderita.
·
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan
pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan
pada lesi prekanker bisa berupa:
·
Kriosurgeri (pembekuan)
·
Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
·
Pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya
·
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana
penderita untuk hamil lagi.
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau
bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan
untuk menjalani histerektomi.
- Pada
kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di
sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta
kelenjar getah bening.
Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. - Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati
kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi
digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi:
Radiasi eksternal : sinar
berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Radiasi internal : zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat
di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
· Iritasi rektum dan vagina
· Kerusakan kandung kemih dan rektum
· Ovarium berhenti berfungsi.
- Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena
atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu
periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan
pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
Adapun obat-obat yang
dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
-
Antalgin
injeksi.
-
Dipenhydramine
injeksi.
-
Dexamethason
injeksi.
-
Metochlorpropamide
injeksi.
-
Furosemide
injeksi.
Sitostatika :
-
Ciplatinum (50
mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
-
Vincristin (0,5
mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
-
Bleomisin (30
mg) per infus hari II.
-
Mitomicin (40
mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).
- Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker
yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan
adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
Efek Samping Pengobatan
Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan
kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping
yang tidak menyenangkan. Efek samping dari pengobatankanker sangat tergantung
kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita
juga berbeda-beda.
Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada
permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi
prekanker.
Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya,
perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa
mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat
pereda nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan
buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami
menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang
mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap
seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak
dapat hamil lagi.
Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan
yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya. Istirahat yang cukup merupakan
hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa
mungkin tetap aktif.
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah
yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit
akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang
cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya
tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh
melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi
lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan
hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan
dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul
diare dan sering berkemih.
Efek samping dari
kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Selain
itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti-kanker
akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi
melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih
mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan
tenaga.
Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran
pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh
kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu makannya
berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut.
Terapi
biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil, demam,
nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang timbul
ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.
9. Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah
kanker serviks:
« Mencegah terjadinya infeksi HPV
« Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur .
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara
akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian
akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya
menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:
·
Setiap tahun untuk wanita
yang berusia diatas 35 tahun
·
Setiap tahun untuk wanita
yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau
kutil kelamin,
·
Setiap tahun untuk wanita
yang memakai pil KB.
·
Setiap 2-3 tahun untuk
wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut
menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi
bukan karena kanker.
·
Sesering mungkin jika hasil
Pap smear menunjukkan abnormal
·
Sesering mungkin setelah
penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:
·
Anak perempuan yang berusia
dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual jangan melakukan hubungan
seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan kutil kelamin
·
Jangan berganti-ganti
pasangan seksual
·
Berhenti merokok.
·
Pemeriksaan panggul setiap
tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif
melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal
harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
«
DATA
DASAR PENGKAJIAN
PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :Kelemahan dan atau keletihan
Perubahan
pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
Keterbatasan
partisipasi dalam hobi, latihan
Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
SIRKULASI
Gejala :Palpitasi,nyri dada pada
pengerahan kerja
Kebiasaan :Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO
Gejala :Faktor stress
(keuangan,pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (mis: merokok,
minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
Masalah tentang
perubahan dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol, depresi
Tanda :Menyangkal, menarik diri, marah
ELIMINASI
Gejala :Perubahan pada pola defekasi mis:
darah pada feses, nyeri pada defekasi
Perubahan
eliminasi urinarius mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih
Tanda :Perubahan pada bising usus,
distensi abdomen
MAKANAN/CAIRAN
Gejala :Kebiasaan diet buruk (mis: rendah
serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)
Anoreksia, mual/muntah
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat
badan: penurunan berat badan hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda :Perubahan pada kelembaban/turgor
kulit, edema
NEUROSENSORI
Gejala :Pusing, sinkope
NYERI/KENYAMANAN
Gejala :Tidak ada nyeri atau derajat
bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang berat
PERNAFASAN
Gejala :Merokok (tembakau, mariyuana,
hidup dengan seseorang yang merokok)
Pemajanan abses
KEAMANAN
Gejala :Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen
Pemajanan matahari
lama/berlebihan
Tanda :Demam
Ruam kulit, ulserasi
SEKSUALITAS
Gejala :Masalah seksual mis: dampak pada
hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
Nuligravida
lebih besar dari 30 tahun
Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia
INTERAKSI SOSIAL
Gejala :Ketidakadekuatan/kelemahan sistem
pendukung
Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan)
Masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :Riwayatkanker pada keluarga mis:
ibu atau bibi dengan kanker payudara
Sisi primer: penyakit
primer, tanggal ditemukan/didiagnosis
Penyakit metastatik:
sisi tambahan yang terlibat, bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan
memberikan informasi penting untuk mencari metastatik
Riwayat
pengobatan:pengobatan sebelumnya untuk tempat kankerdan pengobatan yang
diberikan
Pertimbangan
Rencana pemulangan DRG
menunjukkan rerata lama dirawat: tergantung pada sistem khusus yang terkena
dengan kebutuhan terapeutik. Rujuk pada sumber-sumber yang tepat
Memerlukan
bantuan dalam keuangan, obat-obatan/pengobatan, perawatan kanker/alat
perawatan, transportasi,belanjamakanan dan persiapan, perawatan diri,megurus
rumah/tugas pemeliharaan,pengawasan untuk perawatan anak, perubahan pada
fasilitas tinggal/hospice
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Tes seleksi tergantung
riwayat, manifestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk kanker tertentu
Skan (mis., MRI, CT,
gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan
Biopsi (aspirasi,
eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk diagnosis banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dsb.Contoh:
sum-sum tulang dilakukan pada penyakit mieloproliferatif untuk diagnosis; pada
tumor solid untuk pentahapan
Penanda tumor (zat yang
dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum,mis., CEA,
antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125 dsb). Dapat
membantu dalam mendiagnosis kanker tapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
dan/atau monitor terapeutik. Reseptor estrogen dan progesteron adalah esai yang
dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau
bukan manipulasi hormonal akan terapeutik pada kontrol penyakit metastatic
Tes kimia skrining:
mis., elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes
hepar(bilirubin, AST/SGOT alkalin fosfat, LDH); tes tulang (alkalin fosfat,
kalsium)
JDL dengan diferensial
dan trombosit: dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP; trombosit
berkurang atau meningkat
Sinar
X-dada:menyelidiki penyakit paru metastatik dan primer
PRIORITAS
KEPERAWATAN
1. Dukungan
adaptasi dan kemmandirian
2. Meningkatkan
kenyamanan
3. Mempertahankan
fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah
komplikasi
5. Memberikan
informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
TUJUAN
PEMULANGAN
1. Pasien
menerima situasi dengan realistis
2. Nyeri
hilang/terkontrol
3. Homeostasis
dicapai
4. Komplikasi
dicegah/dikurangi
5. Proses/kondisi
penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Antisipasi
berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis ( mis.:
kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh ); perubahan gaya hidup.
Tujuan
: Mengidentifikasi dan
mengekspresikan, Melanjutkan aktivitas kehidupan
normal, melihat ke arah/merencanakan masa depan, mengharapkan untuk hari ini
saja,. Mengungkapkan pemahaman tentang proses menjelang ajal dan perasaan didukung
dalam melalui berduka.
Intervensi
:
· Perkirakan
syok awal dan ketidakyakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang
menimbulkan trauma (mis., bedah yang menimbulkan kecacatan, kolostomi,
amputasi).
Rasional : Sedikit
pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
· Kaji
pasien/orang terdekat terhadap berduka yang mengalami. Jelaskan proses sesuai
kebutuhan.
Rasional :Pengetahuan tentang proses berduka
memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat
membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka
· Dorong
pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah,
penolakan. Akui normalitas perasaan ini.
Rasional :Pasien merasa terdukung mengekspresi
perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah
normal dan dialami orang lain dalam situasi sulit ini.
· Sadari
perubahan alam perasaan, bermusuhan, dan perilaku lain yang ditunjukkan. Susun
batasan perilaku tidak tepat. Perbaiki pikiran negatif.
Rasional :Penelitian menunjukkan bahwa
beberapa pasien kanker beresiko tinggi terhadap bunuh diri.Mereka secara khusus
rentan bila baru didiagnosa dan/atau pulang ke rumah.
· Kunjungi
dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan. Pindahkan
pasien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan; biarkan pintu terbuka
bila nyaman untuk pasien.
Rasional :Membantu mengurangi perasaan
isolasi dan diabaikan
· Kuatkan
penyuluhan tentang proses penyakit dan pengobatan dan berikan informasi sesuai
permintaan/tepat tentang menjelang ajal. Bersikap jujur; jangan memberikan
harapan palsu saat memberikan dukungan emosinal.
Rasional :Pasien/orang terdekat mendapat
keuntungan dari informasi factual. Indifidu dapat mengajukan pertanyaan secara
langsung tentang kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan
keyakinan bahwa informasi benar.
· Tinjau
ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan kopng.
Bicara tentang sesuatu yang menarik perhatian pasien.
Rasional : Kesempatan untuk mengidentifikasi
keterampilan yang dapat membantu indifidu menghadapi berduka terhadap situasi
baru secara lebih efektif.
· Identifikasi
aspek positif dari situasi.
Rasional : Kemungkinan remisi dan progresi
lambat dari penyakit dan/atau terapi baru dapat menurunkan harapan pada masa
depan.
· Diskusikan
cara-cara pasien atau orang terdekat dapat merencanakan bersama untuk masa
depan. Dorong menyusun tujuan realistis
Rasional :Menjadi bagian dari pemecahan
masalah/perencanaan dapat memberikan rasa control terhadap kejadian yang
diantisipasi.
· Bantu
pasien atau orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri atau
situasi dan system pendukung
Rasional :Mengenali
sumber ini memberi kesempatan melalui perasaan berduka.
· Dorong
partisipasi dalam perawatan dan pengobatan
Rasional : Memungkinkan pasien mempertahankan
control terhadap kehidupan.
· Perhatikan
bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus asa”
Tak ada gunanya hidup “
Rasional : Konflik
interpersonal/perilaku marah mungkin cara – cara pasien mengekspresikan atau
menghadapi perasaan kecewa dan dapat menandakan ide bunuh diri.
· Berikan
lingkungan terbuka untuk diskusi dengan pasien atau orang terdekat tentang
keinginan atau rencana mengalami kematian misalnya membuat surat warisan,
pengaturan penguburan, donor organ, asuransi, waktu untuk bersama keluarga.
Rasional : Bila pasien atau orang terdekat
bersama-sama menyadari ancaman kematian, mereka lebih mudah menghadapi urusan
atau aktifitas yang diinginkan yang belum selesai.
· Sadari
perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian.Terima metode apapun yang
dipilih oleh pasien atau orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
Rasional : Ansietas dan ketidakinginan pemberi
perawatan untuk menerima kenyataan tentang kemungkinan kematiannya sendiri
dapat menghambat kemampuan untuk membantu pasien/orang terdekat, memerlntuan
orang lain untuk memberi dukungan yang diperlukan.
2. Nyeri b/d proses penyakit ( kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi
saraf, atau suplai vaskulernya, obstruksi jaras saraf, inflamasi)
Tujuan
:
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal.
Intervensi :
· Tentukan
riwayat nyeri misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0
– 10 ) dan tindakan penghilangan yang digunakan.]
Rasional : Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan : Pengalaman nyeri
adalah individual yang digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.
· Evaluasi/sadari
terapi tertentu mis., : Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan
pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan tentang luas adalah
umum (mis. : nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawa, sakit kepala)
tergantung pada prosedur atau agen yang digunakan.
· Berikan
tindakan kenyamanan dasar (mis. : reposisi, gosokan punggung ) dan aktivitas
hiburan (mis. :musik, televisi ).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu
memfokuskan
kembali perhatian.
· Dorong
penggunaan keterampilan managemen nyeri (mis.: tekniok relaksasi, Visualisasi,
bimbingan imajinasi ), tertawa, musik, dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktiv dan meningkatkan rasa control.
· Evaluasi
penghilangan nyeri/control. Nilai aturan pengobatan bila perlu
Rasional : Tujuannya adalah control nyeri
maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
· Berikan
analgesic sesuai indikasi mis.: Brompton’s cock-tail, morving, metadon, atau
campuran narkotik IV khusus.Berikan hanya untuk memberikan analgesic dalam
sehari.
Rasional ; Nyeri adalah komplikasi sering
dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian aka
diperlukan.Catatan ; adiksi atau ketergantungan pada obat bukan masalah.
· Berikan/instruksikan
penggunaan PCA dengan tepat.
Rasional : Analgesia dikontrol pasien sehingga
pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri.Sering
pada dosis total rendah akan diberikan melalui metode konvensional.
- Resiko tinggi perubahan pola seksual b/d perubahan fungsi/struktur
tubuh, penyakit,dan pengobatan medis.
Tujuan
:
Mempertahankan aktivitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.
Intervensi
:
· Diskusikan
dengan pasien/orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah atau
terancam.Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahwa
banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi
Rasional : Pengakuan legitimasi tentang
masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang mereka sendiri sebagai
individu dan bagaimana menyampaikan antara mereka dan diantara setiap area kehidupan.
· Anjurkan
pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang
diketahui mempengaruhi seksualitas
Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu
pasien dan orang terdekat melalui proses adaptasi pada keadaan baru.
· Berikan
waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan izin dari
pasien/orang terdekat sebelum masuk
Rasional : Kebutuhan seksualitas tidak
berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap terbuka
dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini adalah penting.
4. Ansietas
/ ketakutan b/d krisis
situasi (kanker)
Tujuan : Menunjukkan
rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya
rasa takut tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang
pada tingkat dapat diatasi
Intervensi:
· Tinjau
ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan
apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah
tercapai
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa
takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker
·
Dorong pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan
Rasional : Memberikan kesempatan untuk
memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis
· Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau
menolak untuk berbicara
Rasional : Membantu pasien untuk merasa
diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa
terhormat dan control
· Pertahankan
kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh klien bila tepat
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien
tidak sendiri atau ditolak; berikan respek dan penerimaan individu,
mengembangkan kepercayaan
· Sadari
efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan
radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker isolasi bila tepat
Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi
nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan
ansietas/takut
· Bantu
pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini
Rasional : Keterampilan koping sering rusak
setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan
konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa
takut dan untuk meyakini bahwa strategi kontrol/koping tersedia
· Berikan
informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang
persepsi pasien terhadap situasi
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan
memungkinkan pasien membuat keputusan /pilihan berdasarkan realita
· Izinkan
ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi. Berikan informasi dimana perasaan
adalah normal dan diekspresikan secara tepat
Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan
pasien mulai menghadapi situasi
· Jelaskan
pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping. Membantu pasien
menyiapkan pengobatan
Rasional : Tujuan
pengobatan kanker aadalah menghancurkan sel-sel malignan sambil meminimasi
kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat meliputi pembedahan (kuratif,
preventif, paliatif) serta kemoterapi, radiasi (internal, eksternal) atau
pengobatan lebih baru/spesifik seperti hipertermia seluruh tubuh atau
bioterapi. Transplantasi sumsum tulang mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe
kanker
· Jelaskan
prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur. Tinggal dengan
pasien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi
Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien
menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karenanya menurunkan ansietas
dan rasa takut karena ketidaktahuan
· Berikan
pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun mungkin
Rasional :Membantu menurunkan ansietas dengan
mengembangkan hubungan terapeutik dan memudahkan perawatan continue
· Tingkatkan
rasa tenang dan lingkungan tenang
Rasional :Memudahkan istirahat, menghemat
energi dan meningkatkan kemampuan koping
· Identifikasi
tahap/stadium berduka pasien dan orang terdekat yang sedang dialami
Rasional :Pilihan intervensi ditentukan oleh
tahap berduka, perilaku koping mis., marah/menarik diri, menyangkal
· Perhatikan
koping tak efektif mis., interaksi sosial buruk, tidak berdaya, fungsi menyerah
setiap hari dan kepuasan sumber
Rasional :Mengidentifikasi masalah individu
dan memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan
keterampilan koping efektif
· Waspada
pada tanda menyangkal/depresi mis., menarik diri, marah, tanda tidak tepat.
Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10
Rasional : Pasien dapat menggunakan mekanisme
pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak
akurat. Perasaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik, atau kurang
perawatan diri dapat membuat pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh
diri adalah pilihan yang ada
· Dorong
dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung
Rasional : Mengurangi perasaan isolasi. Bila
sistem pendukung tidak tersedia, sumber luar mungkin dibutuhkan dengan segera
mis., kelompok pendukung kanker local
· Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan konsisten dengan dukungan untuk orang
terdekat
Rasional : Memungkinkan
untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut
· Libatkan
orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat
Rasional :Menjamin sistem pendukung untuk
pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan cepat
5.
Resiko Tinggi Infeksi b/d defisiensi imun
Faktor
resiko meliputi:
a.
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan
imunosupresi mis., supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis baik
kemoterapi dan radiasi)
b.
Malnutrisi, proses penyakit kronis
c.
Prosedur invasive
Intervensi :
· Tingkatkan
prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjumg
yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai indikasi
Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber
infeksi, seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK
· Tekankan
hiegine personal
Rasional : Membantu potensial sumber infeksi
dan/atau pertumbuhan sekunder
· Pantau
suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi (bila
tidak tertutup obat kortikosteroid atau anti-inflamasi) karena berbagai faktor
mis., efek samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera
· Kaji
semua sistem (mis., kulit, pernafasan, genitourinasia) terhadap tanda/gejala
infeksi secara kontinu
Rasional : Mengenali dini dan intervensi
segera dapat mencegah progresif pada situasi/sepsis yang lebih serius
· Ubah
posisi dengansering ; pertahankan linen
kering dan bebas kerutan
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi
pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit (sisi potensial untuk pertumbuhan
bakteri)
· Tingkatkan
istirahat adekuat/periode latihan
Rasional : Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi stasis mis., pneumonia, dekubitus
dan pembentukan thrombus
· Tekankan
pentingnya hiegine oral yang baik
Rasional : Terjadinya stomatisis meningkatkan
resiko terhadap infeksi /pertumbuhan sekunder
· Hindari/
batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptik
Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi membatasi
entriportal terhadap agen infeksius
KOLABORASI
· Pantau
DJL dengan SDP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit sesuai indikasi
Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat
oleh efek kemoterapi, status penyakit atau terapi radiasi. Pemantauan status
mielosupresi penting untuk mencegah komplikasi lanjut (mis., infeksi, anemia
atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat
· Dapatkan
kultur sesuai indikasi
Rasional : Mengidentifikasi organisme penyebab
dan terapi yang baik
· Berikan
antibiotik sesuai indikasi
Rasional
: Mungkin digunakan
untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktif pada pasien
imunisupresi
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta. EGC,
2004.
Hanifa W Prof. DR. R..,
Ilmu Kndungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999.
Marilin E. Doenges, Rencana
Perawatan Maternal / Bayi-Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2001.
Mochtar Rustam, Prof.
Dr MPH, Sinopsis Ostetri, Jilid 2, Edisi 2 , EGC, Jakarta, 1998
Pritehard, Macdonal dan
Gant, Obstetri Wiliams, Edisi 17, Airlangga Universiti Press, Surabaya,
1991.
Saifuddin AB, Prof. Dr.
SpOG, MPH. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
edisi 1. YBPSP, Jakarta
Smeltzer SC Dan Bare
BG, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, EGC,
Jakarta, 2002.
Tags:
Artikel