Laporan Pendahuluan : Waham
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
A.
KONSEP
DASAR MEDIS
1.
Definisi
Skizofrenia Hebefrenik
adalah suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dengan gejala yang menyolok
adalah gangguan proses fikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi atau double personality (Maramis, 1998).
Gangguan proses pikir juga ( waham) merupakan keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan
dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya.
Waham
dapat dicetuskan oleh adanya tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai
perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya. Waham juga dapat menimbulkan
terjadinya kerusakan komunikasi verbal.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat
serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental of
psikiatrik mental health nursing (2006:397) grandeur : thinks he or she has powers and talents that are not possissed or it
someone powerfull of famous (dalam buku yosep iyus : keperawatan jiwa,2009)
Waham adalah
keyakinan yang salah yang secara kokoh di pertahankan walaupun tidak di yakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal (stuart dan sunden,1998
dalam buku yosep iyus yosep, keperawatan jiwa : 2009)
2.
Etiologi
Sampai
saat ini belum jelas apa yang menjadi sebab utama dari pada waham khususnya
waham kebesaran tetapi dari berbagai literatur dijelaskan bahwa waham sering
ditemukan pada penderita skizofrenia.
1. Faktor predisposisi terjadinya waham yaitu :
a. Faktor genetik
Dianggap mempengaruhi tansisi
gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
b. Teori kehilangan objek
Menurut
kepada perpisahan traumatik individu dengan benda
c. Teori organisasi kepribadian
Mengurakian bagaimana
konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan
dan penilaian seseorang terhadap stressor.
2. Faktor presipitasi :
a) Sosial-Budaya
Teori
ini menyatakan bahwa stres lingkungan dapat menyebabkna terjadinya respons
neurobiologis yang mal-adaptif, misalnya : lingkungan yang penuh dengan kritik
(rasa bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga
diri; kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam hubungan
interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan; dan kemiskinan. Teori ini
mengatakan bahwa stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap terjadinya
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
b)
Perilaku:
Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif
terjadi perubahan pada daya ingat. Klien mengalami kesukaran untuk menilai dan
menggunakan memoinya atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek.panjang.
Klien menjadi pelupa dan
tidak berminat.
·
Cara
berfikir magis dan primitif
Klien menganggap bahwa
dirinya dapat melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat
berubah menjadi superman. Cara berfikir klien seperti anak pada tingkat anak
perkembangan prasekolah.
·
Perhatian
Klien gangguan respon neurobiologis tidak mampu
mempertahankan perhatiannya atau mudah teralihkan, serta konsentrasinya buruk.
Akibatnya klien mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan
berkonsentrasi terhadap tugas
·
Isi
pikir
Klien tidak mampu
memproses stimulasi internal dan eksternal dengan baik sehingga terjadi dengan
apa yang disebut waham.
·
Bentuk
dan pengoirganisasian bicara
Klien tidak mampu
mengorganisir pemikiran dan menyusun pembicaraan yang logis serta koheren.
Gejala yang sering ditemukan adalah kehilangan asosiasi, tangensial,
inkoheren/neologisme, sirkumtansil, tidak masuk akal. Hal ini dapat
diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak logis, bizar
dan bicara yang berbelit-belit.
c)
Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering
digunakan klien yaitu :
a. Regresi sebagai upaya klien untuk
menangulangi ansietas
b. Proyeksi sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi.
3.
Manifestasi
Klinik
Manifestasi klinik waham yaitu berupa: klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak
mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
Adapun
tanda dan gejalanya yaitu:
- Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain
- Menolak makan/obat
- Gembira atau takut
- Gerakan tidak terkontrol
- Mudah tersinggung
- Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
- Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
- Menghindar dari orang lain
- Mendominasi pembicaraan
- Mengajukan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak melaksanakannya
- Permusuhan dan curiga
- Perwatan diri terganggu
- Merasa dirinya kaya, walaupun sebenarnya tidak punya
4.
Proses Terjadinya Waham
Perasaan
diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu
yang tidak
menyenangkan terjadi
Mencoba
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau obyek realitas
dengan
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
Individu
memproyeksi pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan,
pikiran, dan keinginan negatif/tidak dapat
diterima menjadi bagian internal
Individu
mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interpretasi
Personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
5.
Rentang
Respon
Waham
termasuk dalam rentan responb mal-adaptif pada gangguan neurobiologis yang
dapat diidentifikasikan sepanjang rentang respon adaptif sampai respon
mal-adaptif
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon Adaptif ResponMal-adaptif
Pikiran logis
Presepsi Akurat
Emosi konsisten dengan pengalaman
Prilaku sesuai
Hubungan sosial
|
Pikiran kadang menyimpang
Ilusi
Reaksi emosional berlebihan atau
kurang
Perilaku ganjil atau tak lazim
Menarik diri
|
Kelainan pikiran/delusi
Halusinasi
Ketidak
mampuan untuk mengalami emosi
Ketidak teraturan
Isolasi social
|
6.
Klasifikasi Waham
Adapun
klasifikasi dari wahamitu sendiri yaitu:
1.
Waham
Agama
Keyakinan klien terhadap
suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan secra berulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2.
Waham
Kebesaran
Keyakinan klien yang
berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
kenyataan
3.
Waham
Somatik
Klien mempunyai keyakinan
tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
4.
Waham
Curiga
Klien mempunyai keyakinan
bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai
dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
5.
Waham
Sisip Fikir
Klien yakin bahwa ada
fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam fikiran yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
6.
Waham
Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya
sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan secara berulang yang tidak
sesuai kenyataan.
7.
Waham
Siar Fikir
Klien yakin bahwa ada
orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun dia tidak menyatakan pada
orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai kenyataan
B.
KONSEP
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data yang perlu dikaji selain identitas
klien yaitu:
a).
Data subyektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya
) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b).
Data obyektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan),
takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/realitas,
ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Pohon masalah
Kerusakan komunikasi verbal Resiko Perilaku kekerasan
Perubahan proses pikir: waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul
yaitu:
a).
Gangguan proses pikir: waham
b).
Kerusakan komunikasi
verbal
c).
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
d).
Resiko perilaku
kekerasan.
3.
Rencana Keperawatan
a. Tujuan umum: sesuai masalah
(problem).
b. Tujuan khusus
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1) Bina hubungan. saling percaya: salam
terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
2)
Jangan
membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien
"saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3) Yakinkan klien berada dalam keadaan
aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
4) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri
2.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
1)
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
2)
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
3)
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari ‑ hari dan perawatan
diri).
4)
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien
bahwa klien sangat penting.
3.
Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan:
1)
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2)
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3)
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4)
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5)
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4.
Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan:
1)
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang
lain, tempat dan waktu).
2)
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
3)
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan:
1)
Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
2)
Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3)
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4)
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6.
Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan:
1) Diskusikan dengan keluarga melalui
pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow
up obat.
2) Beri reinforcement atas keterlibatan
keluarga
Tags:
Artikel