Landasan teori MORBUS HANSEN
MORBUS HANSEN
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Morbus
Hansen adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae
(M.Leprae).
B. Etiologi
Morbus
Hansen merupakan basil tahan lama asam (BTA), bersifat obligat intraselular,
menyerang saraf ferifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran pernapasan
bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah
diri Morbus Hansen 12-21 hari dan masa tunasnya antara empat puluh hari hingga
empat puluh tahun.
C. Patofisiologi
Setelah
M.Leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit Morbus Hansen bergantung
pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas dilampaui
tergantung pada derajat sistem imunitas selular (cellular medated immune)
pasien. Kalau system imuntas selular tinggi, penyakit berkembang ke arah tuberkoloid dan bila rendah, berkembang
ke arah Lepromatosa M.Leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relative lebih
dingin, yaitu di daerah akral dengan vaskularsasi yang sedikit.
D. Manifestasi
Klinis
Diagnosis
didasarkan pada gambaran klinis, bakterioskopis dan histopologis. Menurut WHO
(1995) , diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda kardinal
berikut:
1. Adanya lesi kulit yang khas dan
kehilangan sensibilitas
Lesi
kulit dapat tunggal atau multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang
lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya
berupa macula, papul atau nodul.
Kehilangan
sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama
saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit atau kelemahan
otot. Penebalan saraf tepi saja tanpa disertai kehilangan sensibilitas dan /
atau kelemahan otot juga merupakan tanda kusta.
2. BTA positif
Pada
beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit. Bila
ragu-ragu maka dianggap sebaga kasus dicurgai dan diperiksa ulang setiap tiga
bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.
E.
Diagnostik
Ø
Inspeksi.
Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa untuk
mengetahui fungsi saraf wajah. Semua kelainan kulit diseluruh tubuh
diperhatikan. Seperti adanya makula, nodul, jaringan parut kulit yang keriput penebalan kulit dan kehilangan
rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
Ø
Pemeriksaan
sensibilitas pada lesi kulit dengan menggunakan kapas (rasa raba). Jarum pentul
yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta air panas dan air dingin dalam tabung
reaksi (rasa suhu).
Ø
Pemeriksaan
saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada : n. auricularis magnus, n. ulnarus, n.
radiasi, n. medianus, n. peroneus dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan
yang perlu dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan dan adanya nyeri
tekanan.
Ø
Pemeriksaan
fungsi saraf otonom, yaitu pemeriksaan ada tidaknya kekeringan pada lesi akibat
tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan pensil tinta (uji
Gunawan).
F.
Komplikasi
Cacat
merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi
Morbus Hansen.dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai
penularan dari pasien Morbur Hansen terutama tipe yang menular kepada orang
lain untuk menurunkan insidens penyakit.
Program
Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi sifampisin, klofazimen, dan DDS
dimulai tahun 1981. program ini betujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang
semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat
dan mengeliminasi persstensi kuman Morbus Hansen dalam jaringan.
G. Penatalaksanaan
dan Pengobatan
1. Penatalaksanaan
Tujuan
utama pemberantasan Morbus Hansen adalah menyembuhkan pasien Mobus Hansen dan
mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien
Morbur Hansen terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan
insdens penyakit.
Program
Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi sifampisin, klofazimen, dan DDS
dimulai tahun 1981. program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson
yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus
obat dan mengeliminasi persstensi kuman Morbus Hansen dalam jaringan.
2. Pengobatan
Rejimen pengobatan menurut buku
panduan pemberantasan penyakit Morbur Hansen adalah sebagai berikut:
a) Tipe PB
Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa adalah sebagai berikut :
-
Rifampisin
600 mg/bulan diminum di depan petugas
-
DDS
tablet 100 mg/hari diminum di rumah
Pengobatan 6 dosis diselesaikan
dalam 6-9 bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion Treatment
Cure dan Pasien tidak lagi dalam pengawasan.
b) Tipe MB
Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa :
·
Rifampisin
600 mg/bulan diminum di depan petugas
·
Klofazimun
300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari
diminum di rumah
Pengobatan 24 dosis
diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis
dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan
bakteri positif. Menurut WHO (1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis
yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT
Tags:
Artikel