Asuhan Keperawatan (askep) Temponade jantung
Asuhan Keperawatan (askep) Temponade jantung
A.
DEFINISI
Tamponade jantung merupakan suatu sindroma
klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)
Tamponade jantung merupakan kompresi akut
pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat
pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium dari rupture jantung, trauma
tembus atau efusi yang progresif (Dorland, 2002 : 2174).
Tamponade adalah perembesan darah dari
jantung ke dalam ruang pericardial sehingga menimbulkan kompresi yang
proggresif pada jantung dan obstruksi pada vena-vena besar. (Mansjoer, dkk.
2000: 298).
Tamponade jantung merupakan salah satu
komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi
penngumpulan cairan di pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat
aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan
tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena
pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan
volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009 : 137).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan
pada ruang pericardium. Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac,
penurunan diastole secara progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume
sekuncup dan cardiac output. (ENA, 2000: 128).
Tamponad terjadi bila jumlah efusi
pericardial menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan
diastolic ventrikel) (Panggabean, 2006 : 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada
jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat
pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut
berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai
gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat.
B. PENYEBAB
Etiologinya bermacam-macam yang paling banyak
maligna, perikarditis, uremia dan trauma (ENA, 2000: 128).
Tamponade jantung bisa disebabkan karena
neoplasma, perikarditis, uremia dan perdarahan ke dalam ruang pericardial
akibat trauma, operasi, atau infeksi (Mansjoer, dkk. 2001 : 458).
Penyebab tersering adalah neoplasma,
idiopatik dan uremia. Perdarahan intraperikard juga dapat terjadi akibat
katerisasi jantung intervensi koroner, pemasangan pacu jantung, tuberculosis,
dan penggunaan antikoagulan (Panggabean, 2006 : 1604).
C. TANDA DAN
GEJALA
Gejala yang muncul bergantung kecepatan
akumulasi cairan perikardium. Bila terjadi secara lambat dapat memberi
kesempatan mekanisme kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi
vascular perifer dan peningkatan volume intravaskular. Bila cepat, maka dalam
beberapa menit bisa fatal.
Tamponade jantung akut biasanya disertai
gejala peningkatan tekanan vena jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg,
tekanan nadi <30mmhg bunyi="" dan="" ditemukan="" jantung="" jugularis="" kronis="" melemah.="" mmhg="" pada="" paradoksus.="" peningkatan="" pulsus="" sedangkan="" sistolik="" span="" takikardi="" tekanan="" vena="" yang="">30mmhg>
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu
adanya jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan
menembus jantung, gelisah, pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis,
pekak jantung melebar, suara jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias classic
beck berupa distensis vena leher, bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat
pada sepertiga penderita dengan tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000: 298).
Gambaran klinis tamponade jantung meliputi
takikardia, hipotensi, suara jantung yang redup atau pelan, dan distensi vena
leher (yang menunjukkan peningkatan tekanan vena jugularis). Palsus paroduksus
merupakan gambaran lain yang menandai perubahan yang tidak terduga tekanan
vena. Penurunan tekanan sistolik yang semakin mencolok akan terjadi pada saat
inspirasi. Suara jantung akan terdengar redup karena adanya cairan yang
membungkus jantung sehingga menurunkan hantaran tonus jantung (Oman, 2008 :
269).
Menurut ENA (2000 : 129) tanda dan gejala
yang muncul dapat berupa takipnea, tanda kusmaul (peningkatan tekanan vena saat
inspirasi ketika bernafas spontan), Beck’s triad, distensi vena jugularis dari
elevasi tekanan vena, pulsus paradoksus : sistolik menurun saat inspirasi 10 mm
Hg atau lebih), tekanan nadi terbatas, takikardi, kulit dingin, kulit lembab,
bibir, jari tangan dan kaki sianosis, dan penurunan tingkat kesadaran.
D. PATOFISIOLOGI
Tamponade
jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium menyebabkan hambatan serius
aliran darah ke jantung ( gangguan diastolik ventrikel ). Penyebab tersering
adalah neoplasma, dan uremi. (Penggabean, 2006 : 364 ). Neoplasma menyebabkan
terjadinya pertumbuhan sel secara abnorma pada otot jantung. Sehingga terjadi
hiperplasia sel yang tidak terkontrol, yang menyebabakan pembentukan massa
(tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya ruang pada kantong jantung
(perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara kantong jantung
(perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini
dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis sehingga terjadi
penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan tamponade jantung. Uremia
juga dapat menyebabkan tamponade jantung (Price, 2005 : 954). Dimana orang yang
mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium).
Selain itu , tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma tumpul/ tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.
Selain itu , tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma tumpul/ tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.
E. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan
Doppler.
Analisis
Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat membantu dalam menegakkan
keakuratan diagnosa klinis dan mendukung pemeriksaan laboratorium dari pola
hemodinamik pada tamponade. (Nichols, 2006 : 257)
Selain
itu pemeriksaan diagnostik lainnya dapat berupa :
·
Foto thorax
menunjukkan pembesaran jantung
·
EKG menunjukkan
electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS yang berkurang pada
setiap gelombang berikutnya
·
Echocardiografi
adanya efusi pleura.
(Mansjoer, A., dkk. 2000: 298). Menurut Braunwald (2001 : 167) hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan :
(Mansjoer, A., dkk. 2000: 298). Menurut Braunwald (2001 : 167) hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan :
·
Kolaps diastole
pada atrium kanan
·
Kolaps diastole
pada ventrikel kanan
·
Kolaps pada
atrium kiri
·
Peningkatan
pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan terjadi penurunan
pemasukan dari aliran katup mitral > 15 %
·
Peningkatan
pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan pemasukan dari
ventrikel kiri
·
Penurunan
pemasukan dari katup mitral .
·
Pseudo hipertropi
dari ventrikel kiri
Karakteristik tamponade jantung pada
pemeriksaan EKG :
·
Amplitudo
rendah pada semua sadapan (terjadi karena cairan akan meredam curah listrik
jantung).
·
Fenomena
elektrikal alternans (aksis listrik jantung berubah-ubah pada setiap denyutan).
Tampak di EKG perubahan amplitudo tiap kompleks QRS, terjadi karena jantung
berotasi secara bebas dalam kantung perikard yang berisi cairan. (Dharma, 2009
: 67).
F. PENATALAKSANAAN
DAN TERAPI PENGOBATAN
Pada keadaan ini dapat dilakukan
perikardiosintesis. Sebuah jarum berongga ukuran 16 sepanjang 6 inci ditusukkan
di bawah prosesus xifoideus dan diarahkan ke apeks jantung. Jarum tersebut
kemudian dihubungkan dengan alat EKG 12 sadapan melalui klem aligator untuk
membantu menentukan apakah jarumnya mengenai jantung. Defleksi yang tajam akan
terlihat pada pola EKG. Perikardiosintesis dapat disertai dengan denyut jantung
false-positive yang signifikan karena klinisi bisa saja mengaspirasi darah yang
berasal dari ventrikel kanan sendiri. Petunjuk yang akan mengarahkan pengambilan
keputusan adalah bahwa darah yang bersal dari kantong perikardium biasanya
tidak akan membeku. Yang paling baik, perikardiosistesis adalah prosedur yang
bersifat sementara untuk memperbaiki fungsi jantung sambil menunggu pembedahan.
Di beberapa rumah sakit, lubang atau jendela pada selaput perikardium dibuat
secara darurat di UGD oleh dokter bedah atau dokter spesialis kardiotoraks.
(Oman, 2008 : 269).
(Oman, 2008 : 269).
Penatalaksanaan pra rumah sakit bagi
temponade cardio pada tingkat EMP-A memerlukan transportasi cepat ke rumah
sakit. Ini merupakan satu dari beberapa kedaruratan yang harus ditransport
dengan sirine dan lampu merah.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Perhatian ketat harus dicurahkan untuk menghindari pemberian cairan berlebihan ke pasien. Sering sukar membedakan antara temponade pericardium dan “tension pneumotoraks” tanpa bantuan radiograph. EMT harus cermat mengamati penderita dan mengingatkan dokter di rumah sakit terhadap kemungkinan tamponade pericardium.
Pada tingkat paramedic EMT, setelah
diagnositik dan konsultasi ke dokter rumah sakit, tamponade pericardium dapat
diaspirasi. Aspirasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum interkardiak
untuk suntikan ephineprin, dengan hanya menarik penuh semprit yang kosong.
Pendekatannya dari subxifoid, menuju scapula kiri tepat seperti suntikan
intrakardia. Perbedaannya dalam memasukkan jarum selanjutnya. Pemasukan jarum
harus dihentika tepat setelah memasuki kantong pericardium, sebelum masuk ke
ventrikel (lihat gambar). Identifikasi lokasi ujung jarum dengan tepat dapat
dibantu dengan menempatkan sadapan V elektrograf ke batang baja. Jarum ini
dengan klem “alligator”. Sewaktu jarum dimasukkan, segera dapat diketahui arus
luka sewaktu ujung jarum menyentuh miokardium. Dengan menarik mundur sedikit ke
kantong pericardium,
EMT kemudian dapat mengaspirasi darah tanpa
mencederai myocardium.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
Seratus lima puluh sampai 250 ml darah di kantong pericardium sudah cukup untuk menimbulkan tamponade berat. Pengambilan beberapa milliliter bisa mengurangi tekanan yang memungkinkan peningkatan curah jantung pasien, peningkatan tekanan darah distal dan penurunan tekanan di sisi kanannya. Prasat ini (mengeluarkan 50-75 ml darah) merupakan tindakan yang menyelamatkan nyawa pada tamponade berat. Harus diingat bahwa terapi ini bukan definitif melaikan hanya suatu tindakan sementara sampai penderita bisa dibawa ke kamar operasi, tempat dapat dilakukan perikardiotomi formal sebelum penatalaksanaan difinitive masalah jantung dengan anastesi lokal. Perlukaan pada pembuluh darah jantung dan struktur vaskuler intertoraks ditangani dalam masa pra rumah sakit seperti syok hemoragik lainnya dengan pakaian anti syok dan infus IV. (Boswick, 1997 : 80). Pemberian oksigen sesuai indikasi juga diperlukan untuk pasien tamponade, agar mencegah terjadinya hipoksia jaringan akibat oksigen yang tidak adekuat karena penurunan curah jantung.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
·
PENGKAJIAN
PRIMER
Data
Subyektif
Riwayat
Penyakit Sekarang
a)
Cedera tumpul
atau cedera tembus pada dada, leher punggung atau perut.
b)
Perbaikan pada
lesi jantung.
c)
Dispnea
d)
Cemas
e)
Nyeri dada
f)
Lemah
2.
Riwayat
Kesehatan
a)
Penyakit
jantung
b)
Penyakit
infeksi dan neoplastik.
c)
Penyakit ginjal
Data Obyektif
1.
Airway
-
Tidak ditemukan adanya tanda dan gejala.
2.
Breathing
-
Takipnea
-
Tanda Kusmaul : peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan
3.
Circulation
-
takikardi,
-
peningkatan volume vena intravaskular.
-
pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmhg mmhg="" sistolik="" span="" tekanan="">30mmhg>
-
pericardial friction rub,
-
pekak jantung melebar,
-
Trias classic beck berupa :
o
distensis vena leher,
o
bunyi jantung melemah / redup dan
o
hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan tamponade.
-
tekanan nadi terbatas,
-
kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis,
4.
Disability
-
Penurunan tingakat kesadaran
PENGKAJIAN
SEKUNDER
a) Exposure
- Adanya jejas trauma tajam dan tumpul di
daerah dada.
b) Five Intervensi
- Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
- EKG menunjukkan electrical alternas atau
amplitude gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya
- Echocardiografi adanya efusi pleura.
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada
tamponade jantung menunjukkan :
·
Kolaps diastole
pada atrium kanan
·
Kolaps diastole
pada ventrikel kanan
·
Kolaps pada
atrium kiriPeningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan
terjadi penurunan pemasukan dari aliran katup mitral > 15 %
·
Peningkatan
pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan pemasukan dari
ventrikel kiri
·
Penurunan
pemasukan dari katup mitral .
·
Pseudo
hipertropi dari ventrikel kiri
- Pemeriksaan Doppler.
Analisis Doppler terhadap tanda morfologi
jantung dapat membantu dalam menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan
mendukung pemerikasaan laboraturium dari pola hemodinamik pada tamponade.
c) Give Comfort
- Tidak terdapat tanda dan gejala
d) Head to Toe
- Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.
- Leher : peninggian vena jugularis.
- Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di
daerah dada, tanda kusmaul, takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak
jantung melebar.
- Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan
gejala.
- Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan
gejala.
- Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari
tangan dan kaki sianosis.
e) Inspeksi Back / Posterior Surface
- Tidak ada tanda dan gejala.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Pola nafas
tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
2)
Penurunan curah
jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis,
perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
3)
Perfusi
jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak
efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal,
penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
3. PERENCANAAN
Dx 1 : PolaØ
nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
• Takipnea tidak ada
• Tanda kusmaul tidak ada
• TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 –
20 X/ mnt).
Mandiri:
-
Pantau ketat
tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan Perubahan pola nafas dapat
mempengaruhi tanda-tanda vital
-
Monitor isi pernafasan, pengembangan dada,
keteraturan pernafasan, nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan
Pengembangan dada dan penggunaan otot Bantu pernapasan mengindikasikan gangguan
pola nafas
-
Berikan posisi
semifowler jika tidak kontrainndikasi Mempermudah ekspansi paru
-
Ajarkan klien
nafas dalam Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan oksigen
Kolaborasi
-
Berikan oksigen
sesuai indikasi Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan
jaringan
-
Berikan obat
sesuai indikasi Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
Dx 2 :
Penurunan curah jantung b.d perubahan
sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD
menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 10 menit diharapkan curah jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan
kriteria hasil :
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100
x/mnt, TD : 110-140 mmHg).
• Nadi perifer teraba kuat
• Suara jantung normal.
• Sianosis dan pucat tidak ada.
• Kulit teraba hangat
• EKG normal
• Distensi vena jugularis tidak ada.
Mandiri :
-
Monitor TTV
berkelanjutan TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung).
-
Auskultasi
suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung. Perubahan suara, frekuensi dan
irama jantung dapat mengindikasikan adanya penurunan curah jantung.
-
Palpasi nadi
perifer dan periksa pengisian perifer. Curah jantung yang kurang mempengaruhi
kuat dan lemahnya nadi perifer.
-
Kaji akral dan
adanya sianosis atau pucat. Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke
perifer menurun.
-
Kaji adanya
distensi vena jugularis Tamponade jantung menghambat aliran balik vena sehingga
terjadi distensi pada vena jugularis.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
-
Berikan oksigen
sesuai indikasi Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia.
-
Berikan cairan
intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency. Mencegah terjadinya
kekurangan cairan.
-
Periksa EKG,
foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi. Pada tamponade
jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan terdapat siluet pembesaran
jantung.
-
Lakukan
tindakan perikardiosintesis. Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang
pericardium dapat keluar.
Dx 3 :
Perfusi jaringan (cerebral, perifer,
cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun
ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat,
sianosis, akral dingin.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :
• Nadi teraba kuat
• TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100
x/mnt, TD : 110-140 mmHg)
• Tingkat kesadaran composmentis
• Sianosis atau pucat tidak ada
• Nadi teraba lemah, terdapat sianosis,
• Akral teraba hangat
Mandiri :
-
Awasi
tanda-tanda vital secara intensif
Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2.
Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2.
-
Pantau adanya
ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis) Menunjukkan
adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
-
Pantau GCS Penurunan
perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran
-
Anjurkan untuk
bed rest/ istirahat total Menurunkan kebutuhan oksigen.
DAFTAR
PUSTAKA
Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat
Darurat. Jakarta : EGC.
Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed. Philadelphia : Current Medicine.
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta : EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders Company.
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Braunwald, Eugene. dkk. 2001. Essential Atlas of Heart Diseases. 2nd Ed. Philadelphia : Current Medicine.
Darma, Surya. 2009. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta : EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curiculum. 5th Ed. USA : WB. Saunders Company.
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid pertama. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Mansjoer, A., dkk. 2000 . Kapita Selekta
Kedokteran.Jilid kedua. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Moore, Keith. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar.
Jakarta : Hipokrates.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda 2005-2006 : Definisi & Klasifikasi. Jakarta : Prima
Medika.
Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Tags:
Artikel