Asuhan keperawatan (Askep) amputasi II
PROSES KEPERAWATAN
Kegiatan
keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih
ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis
klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada
tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat
memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi
resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung,
penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan
rokok dan obat-obatan.
Pengkajian Fisik
Pengkajian
fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi
merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh
sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi
fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH
|
KEGIATAN
|
Integumen
:
Kulit
secara umum.
Lokasi
amputasi
|
Mengkaji
kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi
amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk,
perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi
amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
|
Sistem
Cardiovaskuler :
Cardiac
reserve
Pembuluh
darah
|
Mengkaji tingkat aktivitas
harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu
indikator fungsi jantung.
Mengkaji
kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh
darah.
|
Sistem
Respirasi
|
Mengkaji
kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan
nafas.
|
Sistem
Urinari
|
Mengkaji
jumlah urine 24 jam.
Menkaji
adanya perubahan warna, BJ urine.
|
Cairan
dan elektrolit
|
Mengkaji
tingkat hidrasi.
Memonitor
intake dan output cairan.
|
Sistem
Neurologis
|
Mengkaji
tingkat kesadaran klien.
Mengkaji
sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan
diamputasi.
|
Sistem
Mukuloskeletal
|
Mengkaji
kemampuan otot kontralateral.
|
Pengkajian Psikologis, Sosial,
Spiritual
Disamping
pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis
( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien
melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien
pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat
kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian
yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat
melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkat
persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan
meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien
terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan
identitas.
Adanya
gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan
bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan
koping konstruktif.
Adanya
masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi
jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien
benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang
penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan
dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi
dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada
klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
Test Diagnostik
Tindakan
pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui
pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan
dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal,
fungsi hepar dan fungsi jantung.
Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Dari
pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul
antara lain :
- Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik
penentu :
-
Mengungkapkan
rasa tajut akan pembedahan.
-
Menyatakan
kurang pemahaman.
-
Meminta
informasi.
Tujuan
: Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria
evaluasi :
-
Sedikit
melaporkan tentang gugup atau cemas.
-
Mengungkapkan
pemahaman tentang operasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Memberikan
bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.
2.
Menerangkan
prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.
3.
Mengatur
waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.
|
1. Secara psikologis meningkatkan
rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
2.
Meningkatkan/memperbaiki
pengetahuan/ persepsi klien.
3.
Meningkatkan
rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka
dan lebih akurat.
|
- Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Karakteristik
penentu :
-
Mengungkapkan
rasa takut kehilangan kemandirian.
-
Takut
kecacatan.
-
Rendah diri,
menarik diri.
Tujuan
: Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra
diri.
Kriteria
evaluasi :
-
mengungkapkan
perasaan bebas, tidak takut.
-
Menyatakan
perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Anjurkan
klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya
hidup.
2.
Berikan
informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan
pemilihan amputasi.
3.
Berikan
informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien
dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang
lebih parah.
4.
Fasilitasi
untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam
penerimaan terhadap situasi amputasi.
|
1.
Mengurangi
rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan
mental.
2.
Membantu
klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.
3.
Meningkatkan
dukungan mental.
4.
Strategi
untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.
|
Selain
masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif
antara lain :
þ Mengatasi nyeri
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik
dalam mengatsi nyeri.
- Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi
nyeri.
- Menerangkan pada klien bahwa klien akan
“merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu
dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
þ Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri
setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki
(yang sehat), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat
penyangga/kruk.
- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu
ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas
posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
þ
Mempersiapkan
kebutuhan untuk penyembuhan
-
Mengklarifikasi
rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
-
Meyakinkan
bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu
( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan
protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit
vaskuler perifer, luka yang terbuka ).
-
Semangati
klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
-
Ajarkan
tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.
b. Intra
Operatif
Pada
masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie.
Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk
menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat
berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen
yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama
operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka,
perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi
luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan
luka selanjutnya dimasa postoperatif.
Makalah
ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.
c. Post
Operatif
Pada
masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda
vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut
merupakan tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat
melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin
dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi
jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan
mencegah injuri.
Daerah
luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif
atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang
drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh
clot darah.
Awal
masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum
yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat
bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat
menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya
fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada
klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri
terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat
menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa
‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam
masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan
bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :
- Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Karakteristik
penentu :
-
Menyatakan
nyeri.
-
Merintih,
meringis.
Tujuan
: nyeri hilang / berkurang.
Kriteria
evaluasi :
-
Menyatakan
nyeri hilang.
-
Ekspresi
wajah rileks.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Evaluasi nyeri
: berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri
panthom limb
2.
Beri
analgesik ( kolaboratif ).
3.
Ajarkan
klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan
menarik handuk dengan berlahan.
|
1. Sensasi panthom limb memerlukan
waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.
2. Klien sering bingung membedakan
nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.
3.
Untuk
menghilangkan nyeri mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb
|
- Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Karakteristik
penentu :
-
Menyatakan
berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
-
Mengungkapkan
negatif tentang tubuhnya.
-
Depresi.
Tujuan
: Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria
evaluasi :
-
Menyatakan
penerimaan terhadap penerimaan diri.
-
Membuat
rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Validasi
masalah yang dialami klien.
2. Libatkan klien dalam melakukan
perawatan diri yang langsung menggunakan putung :
-
Perawatan
luka.
-
Mandi.
-
Menggunakan
pakaian.
3.
Berikan
dukungan moral.
4. Hadirkan orang yang pernah
amputasi yang telah menerima diri.
|
1. Meninjau perkembangan klien.
2. Mendorong antisipasi meningkatkan
adaptasi pada perubahan citra tubuh.
3. Meningkatkan status mental klien.
4.
Memfasilitasi
penerimaan terhadap diri.
|
- Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi
Karakteristik
penentu :
-
Terdapat
tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan
: tidak terjadi komplikasi.
Kriteria
evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Infeksi
Lakukan
perawatan luka adekuat.
|
Mencegah
terjadinya infeksi.
|
Perdarahan
Pantau :
-Masukan dan pengeluaran cairan.
-
Tanda-tanda vital tiap 4 jam.
-
Kondisi balutan tiap 4-8 jam.
|
Menghindari resiko
kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.
Sebagai
monitor status hemodinamik
Indikator
adanya perdarahan masif
|
Emboli
lemak
Monitor
pernafasan.
Persiapkan
oksigen
Pertahankan
posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu
|
Memantau
tanda emboli lemak sedini mungkin
Untuk mempercepat tindakan
bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.
Mengurangi
kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.
|
Beberapa
kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :
þ Melakukan perawatan luka postoperasi
-
Mengganti
balutan dan melakukan inspeksi luka.
-
Terangkan
bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat
dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
þ Membantu klien beradaptasi dengan perubahan
citra diri
-
Memberi
dukungan psikologis.
-
Memulai
melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
þ Mencegah kontraktur
-
Menganjurkan
klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah
pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
-
Menerangkan
bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan
untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
þ Aktivitas perawatan diri
-
Diskusikan
ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
-
Mengajari
klien cara menggunakan dan melepas protese.
-
Menyatakan
bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan
selama penggunaan protese.
-
Mendemontrasikan
alat-alat bantu khusus.
-
Mengajarkan
cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.
Tags:
Artikel