Auhan Keperawatan (Askep) INC Patologis
Auhan Keperawatan (Askep) INC Patologis - Salam. Kali ini saya akan membagikan tentang Auhan Keperawatan (Askep) INC Patologis, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di
dalam Rencana Strategic Nasional Making
Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks
Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah “ Kehamilan
dan Persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup
dan sehat“. Dengan pertimbangan tersebut maka upaya pertolongan persalinan yang
sangat pesat perkembangannya dibidang Obstetrics
dan Gynecology, salah satunya adalah tindakan bedah Sectio Caesaria.
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus , ( Mochtar R, 1998
). Di
era ini cara ini jauh lebih aman
dibandingkan dahulu berhubung dengan adanya antibiotic, transfusi darah, tehnik
operasi yang lebih sempurna, anestesi yang lebih baik dan perawatan yang kian
berkembang. Karena itu ada kecenderungan untuk melakukan Sectio Caesaria tanpa dasar
yang cukup kuat. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah
mengalami pembedahan ini merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus,
dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat
berhubungan dengan bahaya rupture uteri, namun bahaya ini dapat ditekan dengan
tehnik bedah yang sempurna dan perawatan yang
optimal baik sebelum operasi maupun perawatan setelah operasi.
Perawat
sebagai pemberi pelayanan professional
keperawatan pada klien dengan post operasi Sectio Caesaria hendaknya
memperhatikan respon dan kebutuhan penderita selama perawatan, baik kebutuhan fisiologi
maupun psikologis penderita.
Ditinjau
dari sudut penderita, tidak ada yang lebih penting selain dari perawatan pasca
bedah, karena perawatan ini memerlukan perhatian khusus dari seluruh staf
keperawatan.
Perawatan pertama yang dilakukan setelah operasi
adalah pembalutan luka (Wound dressing ) dengan baik. Sebelum penderita
dipindahkan dari kamar operasi hendaklah memperhatikan tanda-tanda vital,
tingkat kesadaran penderita/ efek anestesi,
jumlah intake out put cairan diukur dan dicatat. Pengukuran dan
pencatatan ini diteruskan selama 24 jam pertama post operatif sampai beberapa
hari. Disamping itu perlu juga perawatan / perencanaan pulang atau tindak
lanjut perawatan setelah penderita pulang hendaknya dibekali dengan informasi
yang cukup.
Mengingat
pentingnya peran perawat dalam perawatan klien selama post operasi, maka kami
mengangkat Asuhan Keperawatan Klien dengan Post Sectio Caesaria di Lontara 4
Ruang Nifas, Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
B. TUJUAN
Melaui makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran secara
umum tentang kasus Sectio caesaria dan perawatan Post Operasi Sectio Caesaria.
Tujuan khusus
1.
Melakukan pengkajian keperawatan
pada klien dengan Post operasi section caesaria.
2.
Menetapkan diagnosa keperawatan
3.
Menetapkan rencana keperawatan
4.
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
5.
Melakukan evaluasi keperawatan
C. MANFAAT
a.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi institusi Rumah Sakit Khususnya Ruang nifas dalam memberikan perawatan
pada ibu post operasi Sectio Caesaria .
b.
Pelaksanaan Seminar kasus dapat
menjadi masukan dan bahan informasi serta koleksi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan dalam
rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, sehingga
peserta didik mampu mengaktualisasikan ilmu dan ketrampilan secara efisien
ditempat praktek atau dimasa yang akan datang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Seksio Caesaria
adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesaria adalah suatu histertetomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
B. Indikasi
1.
Plasenta
previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul
sempit.
Holmer
mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah CV = 8 cm.
Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin dengan
normal, harus diselesaikan dengan seksio sesaria. CV antara 8-10 cm boleh
dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan seksio sesaria
sekunder.
3.
Disproporsi
sefalo-pelvik : yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dengan panggul.
4. Ruptur
uteri mengancam.
5. Partus
lama (prolonging labor)
6. Partus
tak maju (obstructed labor)
7. Distosia
serviks
8. Preklamsia
dan hipertensi
9. Hipertensi
janin :
Ø Letak
lintang :
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
·
Bila
ada kesempitan panggul, maka seksio sesaria adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan
janin hidup dan besar biasa.
·
Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesaria,
walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
·
Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
Ø Letak
bokong :
Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong bila
ada :
·
Panggul sempit
·
Primigravida
·
Janin besar dan berharga
Ø Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
bila reposisi dengan cara-cara lain tidak berhasil.
Ø Gemelli, menurut Eastman seksio sesaria
dianjurkan :
·
Bila
janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation).
·
Bila terjadi interlok (locking of the twins)
·
Distosia oleh karena tumor.
·
Gawat janin, dan sebagainya
C. Jenis-jenis
Operasi Seksio Sesaria
1. Abdomen
(Seksio sesaria Abdominalis)
Ø Seksio
sesaria transperitonialis :
·
Seksio
sesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
·
Seksio sesaria ismika atau profunda atau low
cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
·
Seksio
sesaria ekstraperitonialis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan
demikian tidak membuka cavum abdomimal.
Ø Vagina
(Seksio sesaria vaginalis)
Manurut
arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
·
Sayatan
memanjang (longitudinal) menurut kronig.
·
Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
·
Sayatan
huruf T (T-incision).
2. Seksio
sesaria klasik (Korporal)
Dilakuan
dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan : mengeluarkan janin lebih cepat, tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang
paroksimal atau distal.
Kekurangan : Infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada reperitonialisasi yang baik, untuk persalinan
berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri.
3. Seksio
sesaria Ismika (profunda)
Dilakukan dengan
membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical
transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan retroperitonialisai yang
baik, tumpang tindih dari retroperitonial flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan kurang, dibandingkan
dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil.
Kekurangan :
luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a.uterine
putus sehigga mengakibatkan perdarahan yang banyak, keluhan pada kandung kemih
post opertaif tinggi.
D. Komplikasi
1. Infeksi
puerperal (nifas)
Ø Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa
hari saja.
Ø Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih
tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
Ø Berat : dengan peritonitis, sepsis dan
ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
Penangannya
adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan
tepat.
2. Perdarahan,
disebabkan karena :
Ø Banyak pembuluha darah yang terputus dan
terbuka
Ø Atonia
uteri
Ø Perdarahan
pada placental bed.
3.
Luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.
4.
Kemungkinan
ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
E. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
tinggi. Pada masa sekarang. Oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik
operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka
ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan
fasilitas operasi yang baik oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari
2 per 100.
Nasib janin yang tertolong secara seksio sesaria
sangat tergantung dari keadaan sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari
negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik fasilitas neonatal yang
sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-7%.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
SEKSIO SESARIA
A.
Pengkajian Data Dasar
1.
Sirkulasi
: Hipertensi, perdarahan pervagina mungkin ada.
2.
Integritas
Ego : Dapat menunjukan prosedur ayng diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan/atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
3.
Makanan/Cairan
: Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-anda hipertensi karena
kehamilan (HKK).
4.
Nyeri/Ketidaknyamanan
: Distosia; persalianan lama/disfungsional, kegagalan induksi; nyeri tekan
uterus mungkin juga ada.
5. Keamanan
:
-
Penyakit
hubungan seksual aktif (misalnya Herpes)
-
Inkompabilitas Rh yang berat.
-
Adanya
komplikasi dari ibu seperti HKK, diabetes, Penyakit ginjal atau jantung, atau infeksi asenden; trauma
abdomen prenatal.
-
Prolaps tali pusat, distress janin.
-
Ancaman kelahiran janin premature.
-
Presntasi
bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
-
Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
6. Seksualitas
-
Disproporsi sefalopelvis (CPD).
-
Kehamilan
multiple atau gestasi (uterus sangat distensi)
-
Melahirkan
sesaria sebelumnya, bedah uterus atau serviks sebelumnya
-
Tumor/neoplasma
yang menghambat pelvis/jalan lahir.
7. Penyuluhan/Pembelajaran
Kelahiran
sesaria dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi kesiapan dan
pemahaman klien terhadap prosedur.
8. Pemeriksaan
Diagnostik
Hitung darah
lengkap, golongan darah (ABO), dan pencocokan silang, tes coombs
Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes
simpleks tipe II.
Pelvimetri : menentukan CPD
Amniosintesis : mengkaji maturias paru janin.
Ultrasonografi : melokalisasi plasenta; menentukan
pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi janin.
Tes stress kontraksi atau tes nonstres : mengkaji
respons janin terhadap gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
Penentuan elektronik kontinu : memastikan status
janin/aktivitas uterus.
B.
Penyimpangan KDM
|
C.
Diagnosa keperawatan
1.
kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen
pascaoperasi b/d kurang pemajanan/tidak mengenal informasi, kesalahan
interpretasi.
Tujuan :
mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria. Mengenali
ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.
Intervensi :
§ Kaji kebutuhan belajar; rasional : metode
kelahiran alternatif ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak,
tetapi banyak klien gagal menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna
pribadi pada waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran sesaria tidak dapat
mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.
§ Catat tingkat stress dan apakah prosedur
direncanakan atau tidak; rasional : mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan
untuk menerima informasi.
§ Berikan informasi akurat dengan
istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan pemahaman mereka; rasional : memberikan informasi dan
mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan untuk
mengevaluasi pemahaman klien/pasangan terhadap situasi.
§ Mandiri
: Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran;
rasional : perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melali operasi sesaria;
seharusnya dilihat sebagai alternatif bukan cara yang abnormal, untuk
menigkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.
§ Mandiri : Gambarkan prosedur preoperative
dengan jelas, dan berikan rasional dengan tepat; rasional : informasi
memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan
intervensi/tindakan.
§ Berikan penyuluhan pascaoperasi, termasuk
instruksi latihan kaki, batuk dan napas dalam (teknik pembebatan dan latihan
pengetatan abdomen; rasional : memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang
berhubungan dengan stasis vena dan pneumonia hipostatik, dan menurunkan stress
pada sisi operasi. Pengetatan abdomen menurunkan ketidaknyamanan berkenaan
dengan pembentukan gas dan distensi abdomen.
§ Mandiri : Diskusikan sensasi yang
diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan; Rasional : rasional :
mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang “normal” membantu mencegah maslah
yang tidak perlu.
2.
Ansietas
b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan/actual dari
kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal.
Tujuan :
mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin, mendiskusikan
parasaan tentang sesaria, tampak benar-benar rileks, menggunakan sumber/system
pendukung dengan efektif.
Intervensi :
§ Mandiri : Kaji respons psikologis pada
kejadian dan ketersediaan system pendukung; rasional : makin klien merasakan
ancaman, makin bersar tingkat ansietas.
§ Pastikan apakah prosedur direncanakan atau
tidak dirancanakan; rasional : pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan,
klien/pasangan biasanya tidak mempunyai waktu untuk persiapan secara psikologis
dan fisiologis. Bahkan bila direncanakan, kelahiran sesaria dapat membuat
ketakutan klien/pasangan karena ancaman fisik actual atau dirasakan pada ibu
dan bayi yang berhubungan dengan prosedur dan pembedahan itu sendiri.
§ Tetap bersama klien dan tetap tenang.
Bicara paerlahan. Tunjuk empati; rasional : membantu membatasi transmisi
ansietas interpersonal, dan mendemonstrasikan perhatian terhadap
klien/pasangan.
§ Beri penguatan aspek postif dari ibu dan
kondisi janin; rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir
dan membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perpektif.
§ Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan
dan/atau mengekspresikan perasaan (menangis); rasional : membantu
mengidentifikasi perasaan/masalah negatif dan memberikan kesempatan untuk
membatasi perasaan ambivalen atau tidak teratasi/berduka. Klien dapat juga
merasakan ancaman emosional pada harga dirinya, karena perasaannya bahwa ia
telah gagal, bahwa ia sebagai wanita lemah, dan bahwa harapannya tidak
terpenuhi. Pelatih dapat meragukan kemampuan sendiri dalam membantu klien dan
memberikan dukungan yang dibutuhkan.
§ Dukung/arahkan kembali mekanisme koping
yang diekspresikan; rasional : mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik,
meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan, dan menurunkan ansietas.
§ Diskusikan pengalaman/harapan kelahiran
anak pada masa lalu, bila tepat; rasional : klien dapat mengalami penyimpangan
memori dari melahirkan masa lalu atau persepsi tidak realitas dari abnormalitas
kelahiran sesaria yang akan meningkatkan ansietas.
§ Berikan masa privasi. Kurangi rangsang
lingkungan,seperti jumlah orang yang ada, sesuai indikasi keinginan klien;
rasional : memungkinkan kesempatan bagi klien/pasangan untuk menginternalisasi
informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi dengan efektif.
3.
Risiko
tinggi terhadap harga diri rendah situasional b/d kegagalan yang dialami dalam
hidup.
Tujuan :
mengidentifikasikan dan mendiskusikan perasaan negatif. Mengunkapkan percaya
diri pada dirinya dan pada kemampuannya.
Intervensi :
§ Mandiri : Tentukan perasaan yang biasanya
dari klien tentang diri sendiri dan kehamilan; rasional : mendiagnosa perasaan
diri didasarkan pada pengetahuan persepsi diri masa lalu dan pengalaman.
Kelahiran sesaria, apakah direncanakan atau tidak, mempunyai potensi untuk
mengubah perasaan klien terhadap dirinya sendiri. Klien melihat bahwa rencana
kelahiran telah diubah, dan intervensi pembedahan diperlukan untuk melahirkan
bayi, sementara kebanyakan wanita mampu melahirkan tanpa adanya intervensi ini.
§ Anjurkan pengungkapan perasaan; rasional :
mengidentifikasi area yang diatasi. Reaksi klien bervariasi dan dapat
menyulitkan giagnosa pada periode praoperasi. Perasaan citra diri negatif
berhubungan dengan kekecewaan akibat pengalaman melahirkan dapat mengganggu
aktivitas pascapartum uang berhubungan dengan keberhasilan menyusui dan
perawatan bayi.
§ Anjurkan untuk bertanya dan memberikan
informasi/penguatan pembelajaran sebelumnya; Rasional : meningkatkan pemahanam
dan memperjelas kesalahan konsep.
§ Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai
metode alternatif kelahiran anak; rasional : istilah-istilah “seksi C” dan
“melahirkan normal” menunjukan bahwa kelahiran sesaria berbesa dan tidak
alamiah, sehingga klien tidak normal karenanya.
§ Berikan komunikasi verbal dari pengkajian
dan intervensi. Informasi tertulis dapat diberikan pada waktu selanjutnya;
rasional : bila masalah harga diri timbul pada klien, ini dapat menjadi berat
pada periode pascapartum. Selama periode praoperasi, klien difokuskan pada saat
ini dan disini serta tidak siap untuk membaca dan menerima informasi tambahan.
§ Identifikasi
pasangan/sumber lain sebagai rujukan setelah melahirkan; rasional : pada waktu
penting ini, sifat situasi biasanya tidak memungkinkan untuk berbicara dengan
orang lain yang telah mengalami pengalaman yang sama. Namun, aktivitas ini tidak menguntungkan pada masa
depan untuk membantu resolusi perasaan/persepsi.
§ Kolaborasi : Anjurkan keberadaan pasangan
pada saat melahirkan sesuai kebutuhan; rasional : memberikan dukungan bagi ibu,
meningkatkan ikatan orang tua, dan memberikan asupan tambahan pada peningatan
klien akan pengalaman kelahiran, karena lebih umum pada masa krisis memori
hilang.
§ Anjurkan klien/pasangan berpartisipasi
dalam aktivitas ikatan di ruang melahirkan (misalnya, menyusui dan menggendong
bayi); rasional : emberikan penguatan pengalaman kelahiran dan menghilangkan
suasana pembedahan terhadap kelahiran.
4.
Ketidakberdayaan
b/d interaksi intrpersonal, persepsi terhadap aturan yang berhubungan dengan
penyakit, keputusasaan gaya hidup.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut dan perasaan kerentanan,
mengekspresikan kebutuhan/keinginan individu.
Intervensi :
§ Mandiri : Kaji faktor-faktor yang
menyebabkan rasa keputusasaan; rasional : kelahiran sesaria tidak direncanakan
(dan kadang-kadang direncanankan) dapat dikarakterisitikan oleh rasa kehilangan
kontrolklien/pasangan terhadap pengalaman kelahiran. Kloien menjadi subjek
untuk prosedur dan peralatan yang akan digunakan pada penyakit. Untuk
klien-klien tersebut yang baru pertama kali mengalami perawatan di rumah sakit,
yang melibatkan rasa takut karena ketidaktahuan, ketidakberdayaan merupakan
faktor stres utama.
§ Mandiri
: Berikan pilihan-pilihan dalam perawatan bila mungkin (misalnya ilihan
anestesi, pemasangan I.V, dan penggunaan cermin); rasional : memungkinkan klien
atau pasangan untuk memiliki beberapa rasa asupan/kontrol terhadap situasi.
§ Mandiri : Identifikasi harapan dan
keinginan klien/pasangan berkenaan dengan pengalaman melahirkan; rasional :
memberikaan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pengalaman
positif.
§ Berikan ruang pribadi dan waktu menyendiri
untuk pasangan sebelum pembedahan. (Catatan : tetap bersama klien bila pasangan
tidak ada); rasional : menciptakan rasa kontrol dan memungkinkan pasangan
mempunyai waktu untuk membicarakan situasi mereka. Meninggalkan klien sendiri dapat mengakibatkan
perasaan ditolak dan peningkatan tingkat ansietas.
5.
Risiko terhadap terjadinya nyeri b/d
peningkatan/ kontraksi ototyang lebih lama, reaksi psikologis.
Tujuan :
mengungkapkan penurunan ketidaknyaman/nyeri.
Inervensi :
§ Mandiri : Kaji lokasi, sifat dan durasi
nyeri khususnya saat berhubungan dengan indikasi seksio sesaria; rasional :
menandakan ketepatan pilihan tindakan. Klien yang mennggu kelahiran sesaria
iminen dapat mengalami berbagai derajat ketidaknyamanan, tergantung pada
indikasi terhadap prosedur.
§ Mandiri : Hilangkan faktor-faktor yang
mangakibatkan ansietas (misalnya kehilangan kontrol), berikan informasi akurat
dan anjurkan keberadaan pasangan; rasional : tingkat toleransi ansietas adalah
individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ansietas berlebihan trhadap
berbagai pada respon terhadap situasi darurat dapat meningkatkan
ketidaknyamanan karena rasa takut, tegang, dan nyeri yang saling berhubungan
dan merubah kemampuan klien untuk mengatasi.
§ Mandiri : Instruksikan teknik relaksasi,
posisikan senyaman mungkin. Gunakan sentuhan terapeutik; rasional : dapat
membantu dalam reduksi ansietas dan ketegangan dan meningkatkan kenyamanan.
§ Kolaborasi : Berikan sedatif, narkotik,
atau obat praoperatif; rasional : meingkatkan kenyamanan dengan memblok impuls
nyeri. Mempunyai potensial kerja agent anestetik.
6. Risiko
terhadap infeksi b/d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit,
penurunan hemoglobin (Hb), pemajanan pada patogen.
Tujuan :
Bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tampa
komplikasi.
Intervensi :
§ Mandiri :Tinjau ulang kondisi/faktor
risiko yang ada sebeluymnya. Catat waktu pecah ketuba; rasional : kondisi dasar
ibu, seperti diabetes, hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan
luka yang buruk. Risiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu,
membuat ibu dan janin pada berisiko. Adanya proses infeksi dapat
meningkatkan risiko kontaminasi janin.
§ Mandiri
: Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah
sel darah putih, atau bau/waran rabas vagina); rasional : pecah ketuban terjadi
24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum
intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
§ Berikan perawatan perineal sedikitnya
setai 4 jam bila ketuban telah pecah; rasional : menurunkan risiko infeksi
ascenden.
§ Kolaborasi : Lakukan persiapan kulit preoperaif, scrub
sesuai protocol; rasional : menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi,
menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.
§ Kolaborasi : Dapatkan kultur darah,
vagian, dan plasenta sesuai indikasi; rasional : mengidentifikasi organisme
yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
§ Kolaborasi : Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan
kehilangan darah selamam prosedur pembedahan; rasional : risiko
pasca-melahirkan dan penyembuhan yang buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan
kehilangan darah berlebihan. (Catatan : makin besar kehilangan darah dihubungkan dengan insisi klasik
daripada insisi uterus segmen bawah).
§ Kolaborasi : Berikan antibiotik spectrum
luas parenteral pada praoperasi; roasinal : antibiotik profilaktik dapat
dipesankan untuk mencegah terjadinay proses infeksi atau sebagai pengobatan
pada infeksi yang teridentifikasi khususnya jika klien mengalami pecah ketuban
yang lama. (Catatan : penelitian menunjukan pemberian antibiotik sampai 2 jam
sebelum memulai prosedur memberikan perling\dungan paling baik terhadap
infeksi)
7.
Risiko
tinggi terhadap terjadinya kerusakan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasenta dan/atau
melalui tali pusat.
Tujuan : menunjukan Denyut Jantung Janin (DJJ)
dalam batas normal. Memanifestasikan
variabilitas normal pada strip pemantau. Bebas dari deselerasi variable lambat
atau lama.
Intervensi :
§ Mandiri
: Perhatikan adanya pada ibu factor-faktor yang secara negatif mempengaruhi
sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin; rasional : Penurunan volume sirkulasi
atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan
janin.
§ Lanjutan pemantauan DJJ, perhatikan
perubahan denyut per denyut atau deselerasi selama dan setelah kontraksi;
rasional : Distres janin dapat terjadi, karena hipoksia, mungkin
dimanifestasikan dengan penuruna variabilitas, deselerasi lambat, dan
takikardia. (catatan : infeksi dan pecah ketuban meningkatkan DJJ).
§ Perhatikan adanya variable deselerasi,
perubahan posisi klien dari sisi ke sisi; rasional : kompresi tali pusat
diantara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan
posisi.
§ Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion
bila pecah ketuban; rasional : distress janin pada presentasi dengan kandungan
mekonium, yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia.
§ Auskultasi jantung janin bila pecah
ketuban; rasional : prolaps terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak
adanya dilatasi serviks penuh dapat memerlukan kelahiran sesaria.
§ Pantau respons jantung janin untuk obat
praoperasi atau anestesi regional; rasional : narkotik biasanya menurunkan
variabilitas DJJ dan memerluka pemberian nalokson (Narcan) setelah melahirkan
untuk memperbaiki depresi pernapasan narkotik. Hipotensi maternal pada respons
terhadap anesthesia secara umum memyebabkan bradikardia janin sementara,
menurunkan variabilitas, dan tidur.
§ Kolaborasi : Berikan lead internal, dan
pemantauan janin elektronik sesuai indikasi; rasional : memberikan pengukuran
lebih akurat dari respon dan kondisi janin.
§ Kolaborasi : Bantu dokter dengan
peninggian verteks, bila diperlukan; rasional : prubahan posisi dapat
menghilangkan tekanan pada tali pusat.
§ Kolaborasi : Atur adanya dokter anak dan
perawat perhatikan intensif neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan
kelahiran sesaria darurat; rasional : bayi mungkin praterm atau dapat mengalami
perubahan respons, karena kondisi dasar maternal dan/atau perubahan proses
kelahiran, memerlukan perawatan segera/resusitasi.
8.
Risiko
tinggi cedera thd ibu b/d trauma jaringan, pelambatan motilitas gastric,
perubahan mobilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
Tujuan :
bebas dari cedera.
Intervensi :
§ Lepaskan alat prostetik dan perhiasan
Rasional: menurunkan resiko
cedera kecelakaan
§ Tentukan waktu dan isi makanan terakhir
Demikianlah penjelasan saya tentang Auhan Keperawatan (Askep) INC Patologis, semoga bisa bermanfaat bagi anda. Apabila ada pertanyaan, komentar atau saran, silahkan tuliskan pada kolom komentar di bawah. terima kasih. By http://nandarnurse.blogspot.com/
Tags:
Artikel