Asuhan Keperawatan (askep) BRONCHOPNEUMONEA
Salam. Pada kali ini saya akan membagikan tentang Asuhan Keperawatan (askep) BRONCHOPNEUMONEA. Selamat Membaca.
LAPORAN
PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONEA
I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Bronchopneumonea adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
berbecak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).
B. Etiologi
1.
Bakteri contohnya : Diplococcus pneumonia,
Streptococcus pneumonia.
2.
Virus contohnya : Virus Influenza, Virus Parainfluenza.
3.
Jamur contihnya : Histoplasma cospulatum, Caudida,
Kriptococcus dan blastomises.
C. Patofisiologi
Bakteri, virus ataupun jamur menyerang ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi influenza yang terjadi pada
alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen dan
karbondioksida, sel-sel darah putih, neotrofil juga bermigrasi ke alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya berisi udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi edema mukosa dan
broncospasme menyebabkan okulusi partial bronki atau alveoli yang mengakibatkan
penurunan tekanan oksigen alveoli.
Keadaan demikian mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh
harus meningkatkan frekuensi ke dalam bernapasnya.
Penyimpangan KDM
Virus / Bakteri /
Jamur
¯
Infeksi saluran
pernapasan
¯
Peradangan pada sel
pernapasan (Paru-paru)
¯
Migrasi lekosit,
netrofil dan eksudat ke daeraj radang
¯
Peningkatan
permeabilitas kapiler dan edema mukosa
¯
Peningkatan produksi
mukus
¯
Akumulasi lendir di
dalam napas
¯
Peningkatan frekuensi napas ¬ Obstrubsi saluran napas ® perubahan irama dan
jumlah
pernapasan
¯ ¯ ¯
sesak bersihan jalan napas pola
tidak
efektif pernapasan
tidak efektif
gangguan pertukaran gas
¯ perubahan status kesehatan
perubahan
fungsi ¯
pernapasan
kurang
informasi
¯ tentang penyakit
kebutuhan energi ¯
meningkat
stessor
meningkat
¯ ¯
intake tidak adekuat
koping tidak
adekuat
|
kelemahan
|
D. Manifestasi klinik
v
Demam dan menggigil karena proses peradangan.
v
Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk.
v
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
v
Napas sesak dan cepat
v
Tampak pernapasan cuping hidung
v
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia
apabila infeksinya serius.
v
Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.
v
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan
mokus yang menyebabkan atelektasis absorbsi.
E. Komplikasi
v
Hipotensi dan syok
v
Atelektasis
v
Efusi pleura
v
Deliriu
v
Superinfeksi
F. Perangkat Diagnostik
v
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks,
konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrat
v
Pemeriksaan laboraturium di dadapati lekositosit
antara 15000 sampai 40000 /mm3.
v
Hitung sel darah putih biasanya meningkat
kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi
G. Penatalaksanan
v
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G,
streptomisin, ampicillin, gentamisin.
v
Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan
iritasi broncia
v
Istirahat adekuat sampai klien menunjukan
tanda-tandapenyembuhan.
v
Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.
v
Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi
alveolus dan mengurangi resiko atelektasis.
II. PROSES KEPERAWATAN.
1. Pengkajian
Pada
pengkajian dengan pasien Bronkopnemonia maka harus diidentifikasi akan adanya
demam, mengigil, dan adanya nyeri dada yang dicetuskan pada saat bernapas dan
batuk,kaji akan adanya bunyi napas tambahan seperti ronchi, whezzing, apakah
napasnya sesak dan cepat, apakah dalambernapas tampak pernapasan kuping
hidung.Identifikasi akan adanya rasa lelah akibat peradeangan dan hipoksia
periksa atau tanda-tanda sianosis yang mungkin timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
v
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi lendir di jalan napas.
v
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
perubahan fungsi pernapasan
v
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi saluran pernapasan
v
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
obstruksi saluran pernapasan
v
Kecemasan berhubung dengan kurangnya pengetahuan
dengan penyakit yang terjadi
3. Interfensi Keperawatan
1)
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan akumulasi lendir di jalan napas.
Tujuannya : menunjukan jalan napas yang efektif atau bersih
Intervensi :
v
Kaji
atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien
sebagai indikasi dasar gangguan pernapasan.
v
Auskultasi
bunyi napas tambahan
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang
menandakan
gangguan pernapasan.
v
Berikan
posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal
v
Terapi
inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : mengeluarkan sekret.
v
Lakukan
program pengobatan
Rasionalnya : memperbaiki pernapasan.
2)
Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif
berhubung dengan obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pola napas efektif
Interfensinya :
v
Berikan O2 sesuai program.
Rasionalnya : mempertahankan O2 arteri.
v
Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasionalnya : indikasi adanya gangguan pernapasan.
v
Berikan posisi semi fowler
Rasionalnya : meningkatkan pengembangan paru.
v
Bantu dalam terapi inhalasi
Rasionalnya : kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut.
3)
Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pertukaran gas menjadi adekuat.
Interfensi :
v
Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan
bernapas, retraksi stomal.
Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
v
Alat emergensi harus tersedia dengan baik.
Rasionalnya : persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernapasan.
v
Suction jika ada indikasi
Rasionalnya : meningkatkan pertukaran gas.
v
Berikan terapi inhalasi.
Rasionalnya : melonggarkan saluran pernapasan.
4)
Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas
berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan.
Tujuannya : intoleransi aktivitas tertasi.
Interfensi :
v
Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat
beraktivitas.
Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.
v
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.
v
Lakukan
istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.
Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.
v
Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli
diet.
Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.
5)
Diagnosa keperawatan : kecemasan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang terjadi.
Tujuannya : kecemasannya teratasi.
Interfensi :
v
Kaji tingkat kecemasan.
Rasionalnya : mengetahui sejauh mana kecemasan yang di
alalmi.
v
Berikan penjelasan tentang prosedur pengobatan
dan penyakit yang sedang terjadi.
Rasionalnya : menghilangkan kecemasan karena
ketidaktahuan.
v
Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan
yang nyaman.
Rasionalnya: lingkungan yang nyaman membantu
memfokuskan pikiran.
v
Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Rasionalnya: menimbulkan kepercayaan
dan pasien merasa nyaman.
v
Membantu pasien dalam kemampuan koping.
Rasionalnya : koping yang positif dapat menurunkan kecemasan.
Demikianlah penjelasan saya tentang Asuhan Keperawatan (askep) BRONCHOPNEUMONEA. Semoga bisa bermanfaat bagi anda. apabila ada
pertanyaan, komentar, atau saran, sirahkan tulisakan pada kolom komentar
di bawah. terima kasih. by http://nandarnurse.blogspot.com/
Tags:
Artikel