Asuhan Keperawatan (askep) : Gangguan kognitif
Hai teman!. Kali ini saya akan berbagi tentang asuhan keperawatan (askep) Gangguan kognitif. Selamat membaca.
I.
Pengertian
Kognisi
adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan
mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun
lingkungan luar (fungsi mengenal), [Iyus
Yosep, 2007].
Gangguan kognitif adalah setiap
kondisi atau proses patofisiologis yang dapat merusak atau mengubah jaringan
otak mengganggu fungsi cerebral, tanpa memperhatikan penyebab fisik, gejala
khasnya berupa kerusakan kognitif, disfungsi perilaku dan perubahan
kepribadian, [Linda Carman Copel, 2007]
Gangguan kognitif erat hubungannya
dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berfikir akan dipengaruhi
oleh keadaan otak. Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian
adalah delirium dan demensia.
Berikut pengertian mengenai
delirium dan demensia :
a.
Menurut Kamus Kedokteran [dr. Difa Danis]
1)
Delirium adalah gangguan mental
yang berlangsung singkat biasanya mencerminkan keadaan toksik, yang ditandai
oleh ilusi, halusinasi, delusi, kegirangan kurang istirahat dan inkoheran.
2)
Demensia adalah sindrom mental organic
yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang
mencakup gangguan mengingat, penilaian dan pemikiran abstrak juga dengan
perubahan perilaku tetapi tidak mencakup gangguan yang disebabkan oleh
kesadaran yang berkabut, depresi atau
gangguan fungsional mental lainnya.
b.
Menurut Kamus Keperawatan [Hinchliff]
1)
Delirium adalah keadaan mental
yang abnormal berdasarkan halusinasi dan
ilusi. Dapat terjadi pada keadaan demam yang tinggi pada penyakit jiwa atau
keracunan.
2)
Demensia adalah suatu penyakit
otak organic irreversible yang menyebabkan gangguan ingatan serta kepribadian,
kemunduran dalam perawatan diri, kerusakan kemampuan kognitif dan disorientasi.
c.
Demensia adalah kemunduran
intelegensi karena kerusakan otak yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi, [Sunaryo, 2004].
II.
Predisposisi
Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis
pada fungsi system saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami
gangguan kognitif termasuk :
a.
Gangguan suplai oksigen, glukosa,
dan zat gizi dasar yang penting lainnya keotak
1)
Perubahan vascular
arteriosklerotik.
2)
Serangan iskemik sementara
3)
Hemoragik cerebral
4)
Infark Otak kecil multiple
b.
Degenerasi yang berhubungan dengan
penuaan
c.
Pengumpulan zat beracun dalam
jaringan otak
d.
Penyakit Alzheimer
e.
Virus Imunodefisiensi Manusia
(HIV)
f.
Penyakit Hati kronik
g.
Penyakit ginjal kronik
h.
Defisiensi Vitamin (terutama
tiamin)
i.
Malnutrisi
j.
Abnormalitas genetic
Gangguan jiwa mayor, seperti
skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas, depresi juga dapat
mempengaruhi fungsi kognitif.
III.
Presipitasi
Setiap serangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan gangguan fungsi kognitif, berikut ini merupakan
kategori stressor :
1.
Hipoksia
2.
Gangguan metabolic, termasuk
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipoglikemia, hipopituitarisme, dan penyakit
adrenal
3.
Toksisitas dan infeksi
4.
Respon yang berlawanan terhadap
pengobatan
5.
Perubahan struktur otak, seperti
tumor atau trauma
6.
Kekurangan atau kelebihan sensori
IV.
Perilaku
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium
dan demensia. Berikut adalah gambar Rentang Respon Kognitif :
RENTANG RESPON KOGNITIF
Respon Adaptif Respon
Maladaptif
|
Ketidaktegasan periodik
Mudah lupa
Kebingungan sementara yg ringan
Kadang salah persepsi
Distraksibilitas
Kadang berfikir tidak jelas
|
Ketdkampuan untuk membuat keputusan
Kerusakan memori & penilaian
Disorientasi
Salah persepsi serius
Ketdkmampuan untk memfokuskan perhatian
Kesulitan untuk berfikir logis
|
Tegas
Memori utuh
Orientasi lengkap
Persepsi akurat
Perhatian
terfokus
Pikiran Koheren
& Logis
|
Tabel berikut menjelaskan karakteristik
delirium dan demensia untuk tujuan perbandingan :
|
Delirium
|
Demensia
|
Awitan
Proses gangguan
Tingkat kesadaran
Orientasi
Afek
Perhatian
Tidur
Perilaku
Pembicaraan
Memori
Kognisi
Isi pikir
Persepsi
Penilaian
Daya tilik
Penampilan pada pemeriksaan
status mental
|
Cepat (beberapa jam- beberapa
hari)
Fluktuasi luas; dapat
berlangsung terus selama beberapa minggu jika penyebab tidak diketahui.
Berfluktuasi dari sangat waspada
hingga sulit untuk dibangunkan.
Pasien disorientasi, bingung
Berfluktuasi
Selalu terganggu
Selalu terganggu
Pasien agitasi, gelisah
Jarang atau cepat; pasien
mungkin inkoheren
Terganggu terutama, untuk
peristiwa yang baru terjadi.
Gangguan berpikir
Inkoheren, bingung; gangguan
kognitif; stereotip
Salah penafsiran, ilusi,
halusinasi
Buruk
Mungkin ada pada saat berfikir
jernih
Buruk tetapi bervariasi; mungkin
saat berfikir jernih & saat penyembuhan
|
Bertahap (bertahun-tahun)
Kronik; labat namun terus
menurun
Normal
Pasien disorientasi, bingung
Labil; apatis pada tahap lanjut
Mungkin utuh; pasien dapat
memusatkan perhatian pada satu hal
Biasanya normal
Pasien mungkin agitasi atau
apatis; mungkin keluyuran
Jarang atau cepat;
berulang-ulang;Pasien mungkin inkoheren
Terganggu, terutama untuk
peristiwa yang baru terjadi
Gangguan berfikir &
menghitung
Tdk teratur, kaya isi pikir,
gangguan kognitif, paranoid
Tdk berubah
Buruk; perilaku tdk tepat secara
social
Tdk ada
Secara konsisten buruk; makin
memburuk; pasien berupaya menjawab semua pertanyaan.
|
V.
Mekanisme Koping
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif maladaptive
sangat dipengaruhi oleh pangalaman hidup yang lalu. Individu yang mengembangkan
meknisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu mengatasi awitan
masalah kognitif dari pada individu yang telah mempunyai masalah koping.
Mekanisme koping yang biasa digunakan mungkin berlebihan ketika individu
mencoba beradaptasi terhadap kehilangan kemampuan kognitif.
Karena gangguan perilaku yang
mendasar pada delirium adalah perubahan kesadaran, yang mencerminkan gangguan
biologis yang berat dalam otak, mekanisme koping psikologis pada umumnya tidak
digunakan. Dengan demikian, perawat harus melindungi pasien dari bahaya dan
mengganti mekanisme koping individu dengan tetap mengorientasikan pasien dan
mendorongnya menghadapi realitas.
Perilaku yang menunjukkan upaya seseorang yang mengalami demensia untuk
mengatasi kehilangan kemampuan kognitif dapat meliputi kecurigaan, bermusuhan,
bercanda, depresi, seduktif, dan menarik diri. Mekanisme pertahanan ego yang
mungkin teramati pada pasien yang mengalami gangguan kognitif meliputi :
1.
Regresi
2.
Penyangkalan
3.
Kompensasi
VI.
Asuhan Keperawataner
a.
Pengkajian
Masalah
Utama:
1. Gangguan kognitif
terutama demensia dan delirium
2. Gangguan Fungsi
SSP, akibat disfungsi otak, trauma atau cedera pada otak, akibat putus zat, dl
3. Perubahan Proses
pikir
b.
Diagnosa
Diagnosa
Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan respon kognitif maladaptive, (Gail W.
Struart) :
1.
Ansietas
2.
Hambatan verbal komunikasi
3.
Akut Konfusi
4.
Kronik Konfusi
5.
Penurunan koping keluarga
6.
Ketidakefektifan koping individu
7.
Resiko jatuh
8.
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
9.
Gangguan pemeliharaan rumah
10.
Resiko cedera
11.
Kerusakan memori
12.
Hambatan mobilitas fisik
13.
Ketidakefektifan performa peran
14.
Defisit perawatan diri;
mandi
hygiene;
berpakaian/berhias;
Makan; Eliminasi
15.
Persepsi sensori;
Gangguan
pendengaran,
kinestetik, pengecapan, peraba, penghidu
16.
Gangguan pola tidur
17.
Hambatan nteraksi social
18.
Isolasi social
19.
Gangguan proses pikir
20.
Keluyuran
c.
Pohon
Masalah
Perubahan proses pikir
|
Gangguan Kognitif
|
Gangguan Fungsi SSP
|
Delirium & Demensia
|
Efek
Core
Problem
Etiologi
d.
Intervensi
Diagnosa
Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
Kriteria
Hasil : Pasien
akan mencapai fungsi kognitif yang optimal
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pasien akan memenuhi kebutuhan biologis dasar
2. Pasien akan aman dari cedera
3. Pasien akan mengalami tingkat harga diri
yang optimal
4. Pasien akan mempertahankan hubungan
interpersonal yang positif.
|
1.1
Pertahankan nutrisi yang adekuat; pantau asupan dan haluan cairan; pantau
tanda-tana vital.
1.2
Beri kesempatan untuk istirahat dan stimulasi
1.3
Bantu ambulansi apabila diperlukan
1.4
Bantu aktivitas hygiene sesuai kebutuhan
2.1
Kaji fungsi sensori dan persepsi.
2.2
Berikan kemudahan untuk memperoleh kacamata, alat bantu pendengaran, tongkat,
alat bantu berjalan, dll., jika diperlukan
2.3
Amati dan jauhkan dari keadaan yang membahayakan (misalnya : rintangan,
lantai yang licin, api yang berkobar, atau penerangan lampu yang kurang).
2.4
Awasi pengobatan jika perlu
2.5
Lindungi pasien dari cedera selama periode agitasi dengan asuhan keperawatan
satu perawat satu pasien; lakukan restrein hanya jika sangat diperlukan.
3.1
Lakukan orientasi realitas
3.2
Bina hubungan saling percaya
3.3
Dukung kemandirian
3.4
Identifikasi minat dan keterapilan; berikan kesempatan untuk menggunakannya
3.5
beri pujian yang tulus terhadap keberhasilan yang dicapainya
3.6
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk membantu pasien menyampaikan
pikiran dan perasaannya
4.1
Awali kontrak dengan orang yang dekat dengan pasien
4.2
Dukung pasien untuk berinteraksi dengan orang lain; libatkan dalam aktivitas
kelompok
4.3
Ajarkan keluarga dan pasien tentang sifat masalah dan rencana pelayanan
kesehatan yang direkomendasikan.
4.4
izinkan orang terdekat untuk membantu dalam asuhan pasien
4.5
Bertemu dengan orang terdekat sevcara teratur dan berikan mereka kesempatan
untuk berbicara
4.6
Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaa pulang.
|
-
Integritas biologis dasar diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan.
-
Intervensi yang berhubungan dengan mempertahankan
kehidupan diberi prioritas tinggi dalam intervensi keperawatan
-
Respon kognitif maladaptive biasanya mencakup
gangguan sensori dan persepsi yang dapat membahayakan keamanan pasien.
-
Gangguan kognitif merupakan ancaman terhadap
harga diri; hubungan perawat-pasien yang positif dapat membantu pasien
mengekspresikan rasa takut dan merasa aman dalam lingkungan ia berada;
memberikan pujian terhadap keberhasilan yang dicapai juga dapat meningkatkan
harga diri
-
Hubungan yang penuh perhatian dengan orang lain
akan meningkatkan konsep diri yang positif; komunikasi dengan orang terdekat
seringkali dapat lebih udah dimengerti daripada komunikasi dengan orang
asing;keluarga dan teman dapat memberikan bantuan berupa informasi tentang
kebiasaan dan minat pasien; keterlibatan orang terdekat dalam pemberian
asuhan sering membantu mereka untuk mengatasi stress yang berkaitan dengan
masalah kesehatan pasien.
|
e.
Implementasi
1.
Untuk pasien yang mengalami delirium meliputi :
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis
a) Pertahankan keseimbangan nutrisi dan cairan/ elektrolit.
b) Lakukan tindakan keperawtan seperti mengosok punggung, memberikan susu
hangat, dan percakapan yang menenangkan pasien sehingga dapat tidur. Obat
sedatif mungkin merupakan kontraindikasi sampai diketahui penyebab delirium.
2) Pada gangguan persepsi (mis. Halusinasi)
a) Biarkan lampu menyala di ruangan untuk mengurangi bayangan.
b) Pastikan kemanan dengan menempatkanpasien dalam ruangan yang memakai
tirai pengaman dan memindahkan perabot yang berlebihan.
c) Berikan asuhan keperawatan satu persatu pasien jika diperlukan untuk
mempertahankan orientasi pasien.
d) Orientasikan kembali dengan sering terhadap waktu, tempat, dan orang.
3) Komunikasi
a) Berikan pesan yang jelas.
b) Hindari memberikan pilihan.
c) Gunakan pernyataan langsung dan sederhana.
4) Penyluhan pasien
a) Berikan informasi tentang penyebab delirium.
b) Ajarkan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang diprogramkan.
c) Informasikan tentang pencegahan episode delirium di masa yang akan
datang.
d) Rujuk pada lembaga keperawatan kesehatan komunitas jika dibutuhkan
penyuluhan atau intervensi keperawatan lebih lanjut.
2.
Untuk pasien yang mengalami dimensia meliputi :
1) Orientasi
a) Beri tanda yang jelas pada kamar pasien dengan menggunakan namanya.
b) Anjurkan pasien untuk menyimpan barang milik pribadi di dalam kamarnya.
c) Gunakan lampu tidur.
d) Dediakan jam dan kalender.
e) Sediakan surat kabar dan diskusikan berita di surat kabar tersebut
bersama pasien.
f) Orientasikan secara verbal dengan interval yang sering.
2) Komunikasi
a) Perkenalkan diri Anda.
b) Tunjukkan sikap positif tanpa pamrih terhadap pasien.
c) Atur suara.
d) Hindari penggunaan kata ganti.
e) Gunakan pertanyaan ya/ tidak.
f) Minta satu hal dalam satu kesempatan.
g) Pastikan bahwa komunikasi verbal selaras dengan nonverbal.
h) Pelajari kehidupan masa lalu pasien.
i)
Berikan perasaan bebas dan
terlindungi.
3) Dukung mekasinme koping
4) Kurangi keluyuran
Lakukan pemetaan perilaku pasien untuk
mengidentifikasi kondisi terjadinya perilaku dan lakukan tindakan pencegahan.
5) Kurangi agitasi
a) Jelaskan apa yang diharapkan secara jelas.
b) Tawarkan pilihan jika pasien dapat melakukannya.
c) Berikan jadwal aktifitas.
d) Hindari adu kekuatan. Jika pasien menolak permintaan tinggalkan dan
kembali dalam beberapa menit.
e) Libatkan pasien dalam asuhan jika memungkinkan.
6) Pengobatan farmakologis.
Tacrine (Cognex) dan donepezil Aricept)
memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer. Olanzapin (Zyprexa) dapat
mengendalikan ahitasi yang terkait dengan dimensia dan penyakit Alzheimer.
7) Libatkan anggota keluarga
8) Gunakan sumber yang ada di komunitas
STRATEGI
PELAKSANAAN ( SP ) GANGGUAN KOGNITIF :
No.
|
Pasien
|
Keluarga
|
SPIP
|
SPIk
|
|
1.
|
Membantu orientasi realita
|
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
|
2.
|
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
|
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
gangguan kognitif, dan jenis gangguan kognitif yang dialami pasien beserta
proses terjadinya.
|
3.
|
Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
|
Menjelaskan cara-cara merawat pasien
ganggauan kognitif
|
4.
|
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
SPIIP
|
SPIIk
|
1.
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
|
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan gangguan kognitif
|
2.
|
Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
|
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
langsung kepada pasien gangguan kognitif
|
3.
|
Melatih kemampuan yang dimliki
|
|
|
SPIIIP
|
SPIIIk
|
1.
|
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
|
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
|
2.
|
Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
|
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
|
3.
|
Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
VII.
Terapi
a.
Medik
Merestrein pasien
delirium untuk mempertah ankan infuse intravena dapat
meningkatkan agitasi. Gunakan restrein hanya jika sangat diperlukan dan jangan
pernah meninggalkan pasien delirium yang direstrein sendirian.
Keefektifan
dihidroergotoksin mesilat (Hydergine), salah satu dari dua obat yang saat ini
disetujui oleh FDA untuk mengurangi kemunduran kognitif pada dimensia, masih
dipertanyakan.
Inhibitor
asetilkolinesterase (tacrine dan donepezil) adalah obat lain yang disetujui PDA
untuk gangguan ini; obat tersebut menunjukkan manfaat yang cukup signifikan
secara klinis.
Cognitive Behavioral Therapy :
Aplikasi dari beragai variasi teori belajar dalam kehidupan. Tujuannya dalah
untuk menolong seseorang keluar dari kesulitannya dalam berbagai bidang
kehidupan dan pengalaman.
Cognitive Behavioral Therapy
berfokus pada masalah dan berorientasi pada tujuan diarahkan pada
masalah-masalah yang berkembang pda situasi sekarang dan saat ini (deals with
here and now issues). Memandang individu sebagai pengambil keputusan utama
dalam menyelesaikan masalah.
Ada beberapa teknik kognitif
terapi yang harus diketahui oleh perawata jiwa. Beberapa teknik tersebut antara
lain :
1.
Teknik Restukturisasi Kognitif
(Restructuring Cognitive)
Teknik
ini dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan mengamati perasaan dan
pemikiran yang mungkin muncul.
2.
Teknik Penemuan fakta-fakta
(Qustioning The Evidence)
Perawat
jiwa mecoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-pikiran
abstraknya secara konkrit dalam bentuk tulisan untuk memudahkan menganalisanya.
3.
Teknik Penemuan Alternatif
(Examing Alternatives)
Banyak
klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternative
pemecahan lagi. Latihan menemukan dan mencari alternative-alternatif pemecahan
masalah klien bias dilakukan dengan bantuan perawat.
4.
Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik
ini dikenal juga dengan teknik bila dan apa (the what-if then). Hal ini
meliputi upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi dimana
klien mencoba memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk
membantu beradaptasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi.
5.
Reframing
Reframing
adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku.
Hal ini meliputi memfokuskan terhadap Sesutu atau aspek lain dari asalah atau
mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang yang lain.
6.
Thought Stopping
Kesalahan
berfikir seringkali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien. Awalnya
masalh tersebut kecil, tetapi lama kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Teknik
berhenti memikirkannya (thought stopping) sangat baik digunakan pada saat klien
memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya
sudah selesai.
7.
Learning New Behavior With
Modeling
Modeling
adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan kemampuan dan
mengurangi perilaku yng tidak dapat diterima. Sasaran perilakunya adalah
memcahkan masalah-masalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya.
8.
Membentuk pola (shaping)
Membentuk
pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement. Setiap perilaku
yang diperkirakan sukses dari apa-apa yang diniatkan klien untuk melakukannya
akan diberi pujian atau reinforcement.
9.
Token Economy
Token
economy adalah bentuk reinforcement positif yangs sering digunakan pada
kelompok anak-anak atau klien yang mengalai asalah psikiatrik. Hal ini
dilakukan secara konsisten pada saat klien mampu meghindari perilaku buruk atau
melakukan hal yang baik.
10.
Role Play
Role
play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya melalui
kegiatan sandiwara yang bias dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur
cerita dan perilaku orang lain.
11.
Sicoal skill trining
Teknik
ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan apapun diperoleh sebagai
hasil belajar.
12.
Aversion therapy
Aversion
therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk klien dengan
cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai.
13.
Contingency Contracting
Berfokus
pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal ini perawata jiwa dengan
klien. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward.
b.
TAK
(Terapi Aktifitas Kelompok)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
VIII. Daftar Pustaka
1.
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan psikiatri: Pedoman klinis
perawat. EGC : Jakarta
2.
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.EGC : Jakarta
3.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC :
Jakarta
4.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Pt. Refika Aditama :
Bandung
Itulah penjelasan saya tentang Asuhan keperawatan (askep) Gangguan Kognitif. Semoga bisa memberi manfaat. Apabila ada pertanyaan, komentar atatu sejenisnya, silahkan tuliskan pada kolom komentar di bawah. Askep gangguan kognitif.
Tags:
Artikel