Asuhan Keperawatan Kecemasan
Kali ini saya membagikan asuhan keperawatan kecemasan. selamat membaca.
A. Pengertian
Kerusakan
interaksi sosial
Gangguan
perasaan
Gangguan
Harga diri
terima kasih telah membaca asuhan keperawatan kecemasan di blog saya. tulis komentar apabila ada yang ditanyakan. Terima Kasih.
Kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan
pengalaman subjektif dari seseorang dengan kata lain cemas adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi,
cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Kecemasan atau ansietas adalah istilah yang sangat
akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,gelisah
yang tidak menentu,takut,tidak tenteram,kadang-kadang disertai berbagai keluhan
fisik.
Tingkatan
Kecemasan
1. Ansietas
ringan.
Ansietas
ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan lahan persepsinya meningkat.
Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2. Ansietas
sedang.
Ansietas
sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.
3. Ansietas
berat.
Pada
ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung
memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu
tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan,untuk dapat
memusatkan pada daerah lain.
4. Tingkat
panik
Tingkat
panik dari ansietas berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang
dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, jika berlangsun terus dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelelahan bahkan kematian.
Rentang respon
Rentang respon
ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaftif, seperti terhadap
terlihat pada gambar berikut.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
B. Etiologi.
1. Faktor
predisposisi (pendukung).
Ketengangan dalam
kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
a. Peristiwa
traumatik
b. Konflik
emosional
c. Gangguan
konsep diri
d. Frustasi
e. Gangguan
fisik
f. Pola
mekanisme koping keluarga
g. Riwayat
gangguan kecemasan
h. Medikasi
2. Faktor
presipitasi.
a. Ancaman
terhadap integritas fisik
·
Sumber internal
·
Sumber eksternal
b. Ancaman
terhadap harga diri
·
Sumber internal
·
Sumber eksternal
C. Tanda
dan gejala
Gejala utamanya adalah kecemasan, ketegangan mtorik,
hiperaktivitas otonom, dan kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik sering dimanifestasikan
dengan gemetar, gelisah, dan nyeri kepala. Hiperaktivitas dimanifestasikan oleh
sesak napas, keringat berlebihan, palpitasi, dan gejala gastrointestinal.
Gejala lain adalah mudah tersinggung dan dikejutkan. Pasien sering kali datang
ke dokter umum atau penyakit dalam dengan keluhan somatik yang spesifik.
D. Proses
terjadinya
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis :
1. Ancaman
terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisilogis yang akan
terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-sehari. Pada ancaman ini stresor yang berasal dari sumber eksternal
adalah faktor-faktr yang dapat menyebabkan gangguan fisik (misal: infeksi
virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah
kegagalan mekanisme fisilogi tubuh (misal ; sisitem jantung, sistem imun, pengaturan
suhu dan perubahan fisiologis selama kehamilan).
2. Ancaman
terhadap sisitem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi
sosial yang terintegrasi seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber eksternal
yaitu kehilangan rang yang berarti (meninggal, perceraian, pindah kerja), dan
ancaman yang berasal dari sumber internal berupa gangguan hubungan
interpersonal dirumah tempat kerja atau menerima peran baru.
E. Mekanisme
koping
Ada dua sistem koping yang digunakan pada seseorang
yang mengalami kecemasan.
1. Task
orientasi reaction : individu menilai secara objektif.
2. Ego
oriented reaction : melindungi diri sendiri, tidak menggunakan secara realitas.
Sedangkan untuk mekanisme pertahanan ego bila
digunakan terus-menerus akibatnya ego bukannya mendapatkan perlindungan,
melainkan lama kelamaan akan mendapatkan ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme
ini tidak realistik, mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri dan distorsi
realitas (pemutarbalikan realitas) meliputi hal-hal berikut ini.
1. Kompensasi
Menonjolkan kelebihan
untuk menutupi kekurangan.
2. Penyangkalan
(denial)
Menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas.
3. Pemindahan
(displacement)
Pengalihan emosi yang
ditunjukan pada seseorang atau benda yang netral/tidak mengancam dirinya.
4. Disosiasi
Pemisahan dari setiap
proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitas.
5. Identifikasi
Ingin menyamai seorang
figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figur itu
ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah
tinggi.
6. Intelektualisasi
Alasan atau logoka yang
berlebihan.
7. Introjeksi
Merupakan bentuk
sedeharna dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti
atau ditaati sehingga ego tidak lagi tergantung oleh ancaman dari luar.
8. Proyeksi
Hal ini berlawanan
dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan
kesalahan-kesalahan atau kekirangan diri sendiri, keinginan-keinginan, serta
implus-implus sendiri.
9. Rasionalisasi
Memberi keteranagn
bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional sehingga
tidak menjatuhkan harga dirinya.
10. Reaksi
formasi.
Bertingkah laku
berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang
sederhanya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrem dan sukar diterima.
11. Regresi
Kembali ketingkat
perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
12. Represi
Penyingkiran unsur
psikis (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi hal yang
dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi menbantu individu mengontrol
implus-implus yang berbahaya.
13. Sublimasi
Mengganti keinginan
atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
Implus yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu
individu atau masyarakat. Oleh karena itu, implus harus diubah bentuknya
sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan.
14. Supresi
Menekan hal atau
pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarahkan ke represi.
15. Undoing.
Meniadakan pikiran-pikiran, implus
yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Untuk
mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Menyerang
Pola konstruktif:
berupa memecahkan masalah secara efektif.
Pola destruktif: marah
dan bermusuhan.
2. Menarik
diri
Menjauhi sumber strees.
3. Kompromi
Mengubah cara bekerja
atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau mengorbankan salah satu
kebutuhan pribadi.
F. Data
yang perlu dikaji
Pengkajian
1. Faktor
predisposisi
a. Tumbuh
kembang : gangguan dalam perkembangan persepsi, berpikir, dan hubungan dengan
orang lain.
b. Hubungan
dalam keluarga : pola asuh dan interaksi dalam keeluarga yang tidak mendukung
proses tumbuh kembang.
2. Faktor
prespitasi
a. Perpisahan/
kehilangan : orang berarti dulu waktu sementara/ lama (perceraian, kematian,
atau dirawat di RS).
b. Penyakit
kronis dan kecacatan : cendrung islasi diri sehingga terjadi gangguan pada pola
hubungan.
c. Sosial
budaya : perubahan status sosial ekonomi (perusahan bangkrut atau tinggal
ditempat baru).
3. Perilaku dengan gangguan kepribadian
a. Keperibadian
histerionik` `` `
Ciri pokok: sebagai
suatu pola pervatif dari emosional dan mencari perhatian yang berlebihan.
b. Keperibadian
narsistik
Dikarakteristikan
dengan waham kebesaran, merasa dirinya
penting, kebanggaan diri yang , ingin dapat pujian, senang menuntut, kurang
sensitif, tipu muslihat, manipulatif, pelupa, cerewet dan tamak.
c. Keperibadian
borderline
Sukar membina hubungan
sosial dan personal, depresi, mengeluh perasaan bosan dan hampa, tidak percaya
pada orang lain, perasaan sepi, sangat sensitif terhadap penlakan, tidak mampu
mengatasi cemas dan frustasi, serta kontrl diri kurang.
d. Keperibadian
tergantung
Tidak mandiri, orang
lain yang mengambil keputusan tentang dirinya, kurang percaya diri, serta
vitalitas dan mbilitas kurang.
e. Keperibadian
kompulsif
Tidak hangat, tidak
responsif, terikat pada aturan (tertib, rapi), perfeksionis, serius (tidak
dapat rileks,ketawa dan menangis), serta hubungan sosial terbatas.
f. Keperibadian
menarik diri/ menghindar
Hiperaktif pada
penolakan, menghindari hubungan ssosial kecualidengan jaminan (diterima dan
tidak dikeritik), menarik diri, temannya terbatas, harga diri rendah, gelisah,
dan malu jika berbicara dengan orang lain, serta ingin dikasihani dan diterima.
g. Keperibadian
pasif-agresif
Menlak tuntutan untuk
berpenampilan adekuat, penolakan tidak diungkapkan secara langsung,.
h. Keperibadian
skizoid
Emosi dingin dan tidak
peduli, tanpa kehangatan dan kelembutan, tidak dapat membedakan pujian, kritik
pada perasaan orang lain, menolak kontak mata, menghindari komunikasi spontan,
tidak tertarik dengan lawan jenis, pikiran paranoid, pikiran magis, dan masalah
komunikasi.
i.
Keperibadian paranoid
Orang dengan
kepribadian paranoid
Memproyeksikan konflik, dan permusuhan mereka
dengan orang lain.
j.
Keperibadian antisosial
Keperibadian
antisosial, seringkali terjadi pada pria, menunjukkan acuh tak acuh, serta
tidak punya perasaan terhadap hak dan peasaan orang lain.
4. Respon
fisilogis terhadap ansietas
Sistem
tubuh
|
Respon
|
kardiovaskuler
|
·
Palpitasi
·
Jantung berdebar
·
Tekanan darah meningkat
·
Denyut nadi menurun
|
pernafasan
|
·
Nafas cepat
·
Sesak nafas
·
Nafas dangkal
·
Tekanan pada dada
|
neuromuskuler
|
·
refleks meningkat
·
reaksi terkejut
·
mata berkedip-kedip
·
insomnia
·
gelisa
·
wajah tengang
·
kelemahan umum
·
tremor
|
gastrointestinal
|
·
kehilangan nafsu makan
·
rasa tidak nyaman pada abdomen
·
menolak makan
·
mual
|
Saluran
perkemihan
|
·
sering berkemih
·
tidak dapat menahan kencing
|
Kulit
|
·
telapak tangan berkeringat
·
berkeringat seluruh badan
·
rasa panas dan dingin
·
wajah pucat
|
5. Respon
prilaku, kognitif dan afektif
Sistem
|
Respon
|
Perilaku
|
·
Gelisa
·
Reaksi terkejut
·
Bicara cepat
·
Kurang koordinasi
·
Personal
·
Melarikan diri dari masalah
·
Menghindar
·
Sangat waspada
|
kognitif
|
·
Perhatian terganggu
·
Konsentrasi buruk
·
Pelupa
·
Salah dalam memberikan penilaian
·
Hambatan berfikir
·
Lapangan persepsi menurun
·
Bingung
·
Sangat waspada
·
Kesadaran diri
·
Kejilangan byektifitas
·
Takut kehilangan kendali
·
Takut cedera atau kematian
·
Mimpi buruk
|
Afektif
|
·
Mudah terganggu
·
Tidak sabar
·
Tegang
·
Gugup
·
Ketakutan
·
Waspada
·
Rasa bersalah
·
Mati rasa
·
Malu
·
Kecemasan
·
kekhawatiran
|
G. Masalah
keperawatan
Masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada klien gangguan kecemasan adalah :
1. Kerusakan
interaksi sosial
2. Gangguan
alam perasaan
3. Gangguan
konsep diri
H.
Pohon masalah
Efek
kecemasan
|
Masalah
utama
Penyebab
I.
Diagnsa keperawatan
1. Kerusakan
interaksi sosial : isolasi sosial b.d koping individu tidak efektif.
2. Gangguan
alam perasaan : depresi b.d respon pascatrauma.
3. Gangguan
knsep diri : harga diri rendah b.d koping individu inefektif.
J.
Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa 1
Intervensi :
Dukung dan terima mekanisme pertahanan diri klien
Tujuan umum
: memulihkan mekanisme pertahanan diri klien
Tujuan khusus
: memberbaiki mekanisme kping terhadap kecemasan
dan panik
Rasional : Kecemasan berat dan panik dapat dikurangi.
Tindakan :
·
Bekerja sama dengan keluarga klien
·
Bantu klien beradaptasi dengan masalah
yang
menimbulkan kecemasan.
·
Berikan keyakinan terhdap klien bahwa
klien mampu mengatasi masalahnya.
Diagnosa 2
Intervensi : bantu klien mengatasi trauma untuk mencegah
terjadinya gangguan
jiwa berat.
Tujuan umum :
mencegah terjadinya gangguan jiwa berat.
Tujuan khusus :
mencegah terjadinya kecemasan pascatrauma.
Rasional : mengurangi tingkat depresi pascatrauma.
Tindakan :
·
Bantu klien melepaskan diri dari
pengalaman yang menyakitkan.
·
Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan.
·
Bantu klien untuk mengatasi depresi.
Diagnosa
3
Intervensi : Meningkatkan konsep diri klien
Tujuan
:
klien dapat berhubungan dengan orang lain secra
optimal.
Tujkuan
khusus : klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan
orang lain.
Rasional : Memulihkan koping diri untuk
bersosialisasi dengan orang lain.
Tindakan :
·
Libatkan dalam terapi kelompok
·
Bantu klien untuk menerima kritik orang
lain
·
Bantu klien untuk sosialisasi dan
mendapatkan teman
K. Evaluasi
Evaluasi
adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan Pada klien. Evaluasi ini dilakukan
secara terus menerus pada respon ansietas klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi :
·
Apakah
interaksi sosial klien membaik
·
Apakah tingkat depresi pascatrauma
menghilang
·
Apakah sumber koping pasien telah dikaji
dan diarahkan dengan adekuat
L. Terapi
aktifitas kelmpok
Terapi aktivitas kelompok pada
klien ansietas
1. Ajari
klien strategi koping untuk mengatasi kejadian hidup yang penuh stress.
2. Beri
kesempatan untuk membuat dan mencoba cara baru dalam bersikap dan berfikir
tentang serangan panik.
3. Dorong
klien untuk menggunakan kelompok guna mendukung dan menentramkan hati.
Bantu klien
mengidentifikasi kapan ansietas meningkat dan mengambil lanhkah-langkah untuk
memotong proses ansietas tersebut.terima kasih telah membaca asuhan keperawatan kecemasan di blog saya. tulis komentar apabila ada yang ditanyakan. Terima Kasih.
Tags:
Artikel