Asuhan Keperawatan : jantung kongenital pada anak
Pada posting kali ini, saya akan menjelaskan tentang Asuhan keperawatan jantung kogenital. semoga bisa bermanfaat bagi kamu. Selamat membaca.
Anak-anak yang kelebihan berat badan
sering menjadi orang dewasa gemuk. Mereka akan menghadapi risiko kardiovaskular
yang datang dengan obesitas.. Tingkat di mana anak-anak berat badan juga dapat
menjadi faktor. Jika anak Anda memiliki berat badan lebih cepat daripada
anak-anak lain,
Penyakit jantung pada anak ada 2
macam, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Kedua macam
penyakit jantung ini dapat menyebabkan gagal jantung atau fungsi jantung yang
menurun di mana jantung tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan metabolik jaringan
tubuh Disebut bawaan karena kelainan jantung yang diidap si anak telah
terbentuk sejak dalam kandungan. Sementara yang satunya, dinamakan didapat
karena penyakit tersebut baru didapatkan oleh anak setelah menginjak umur-umur
tertentu, biasanya lima hingga lima belas tahun. Penyebab penyakit jantung
bawaan hingga kini belum diketahui secara pasti. Penyakit Jantung Bawaan meliputi defek
septum ventrikel , duktus arteriosus persisten, defek septum atrioventrikular,
stenosis pulmonal, tetralogi Fallot, transposisi arteri besar dan atresia
pulmonal. Salah satu penyakit jantung didapat yang
sering ditemui adalah demam reumatik akut (DRA) dan penyakit jantung rematik
(PJR)
A. Konsep Medis
1. Definisi
Penyakit
jantung Kongenital ( CHD ) adalah suatu bentuk penyakit Kardiovaskular yang ada
sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan.
Penyakit jantung kongenital atau
penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau
pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang
kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi,
kebanyakan akan meninggal waktu bayi
Penyakit
jantung Kongenital ( CHD ) adalah Defek oleh structural atau fungsional pada
jantung atau pembuluh darah besar yang terjadi pada saat lahir.
Penyakit
Jantung congenital pada anak meliputi defek septum ventrikel , duktus
arteriosus persisten, defek septum atrioventrikular, stenosis pulmonal,
tetralogi Fallot, transposisi arteri besar dan atresia pulmonal.
Defek septum Ventrikel
Merupakan PJB yang paling sering
ditemukan, yaitu 30 % dari semua jenis PJB. Pada sebagian besar kasus,Diagnosis
kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonates , karena pada
minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar oleh karena
resistensi vascular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8 – 10 minggu
Duktus arteriosus persisten (DAP)
adalah duktus arteriosus yang tetap
terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh PJB. Duktus
arteriosus persisten sering dijumpai pada bayi premature, Insidensnya bertambah
dengan berkurangnya masa gestasi
Defek septum atrioventrikular
Defek ini terjadi pada ±5 % dari penyakit
jantung bawaan dan tersering pada sebagian sindrom down. Pada kelainan ini
tidak terjadi pemisahan antara cincin katup mitral dan katup trikuspidalis
sehingga terdapat satu lubang besar cincin katup atrioventrikular yang
menghubungkan kedua atrium dan kedua ventrikel secara bersama.
Stenosis pulmonal
Istilah ini menunjukkan terdapatnya
obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan atau pulmonalis dan
cabang-cabangnya. Stenosis dapat terjadi di bawah katup yaitu di infundibulum
(stenosis subvalvular), pada katup (valvular ) , di atas katup (supravalvular),
atau cabang a.Pulmonalis ( stenosis pulmonal perifer). kelainan ini dapat
tersendiri atau menjadi bagian dari kelainan lain seperti tetralogi Fallot,
trasposisi arteri besar, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda , dan
lainnya.
Tetralogi Fallot,
adalah PJB sianotik yang paling sering
ditemukan dan merupakan 5 – 8 % dari seluruh PJB. Tetralogi Fallot terjadi bila
terdapat kegagalan perkembangan infundibulum.
Transposisi arteri besar
merupakan penyakit jantung bawaan
sianotik kedua tersering setelah tetralogi Fallot, kira-kira 5 % dari seluruh
penyakit jantung bawaan. Kelainan ini lebih sering di temukan pada anak
laki-laki. Sepertiga kasus mempunyai riwayat ibu yang menderita diabetes
mellitus . Bayi tranposisi jarang lahir premature, Biasanya ia lahir dengan
berat badan normal atau besar.
Atresia pulmonal.
Secara garis besar dibagi menjadi 2
kelompok yaitu atresia pulmonal dengan defek septum ventrikel dan atresia
pulmunal tanpa defek septum ventrikel ( Atresia pulmonal dengan septum yang
utuh )
Salah
satu penyakit jantung didapat yang sering ditemui adalah demam reumatik akut
(DRA) dan penyakit jantung rematik (PJR)
Demam reumatik akut
merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit
ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab terpenting penyakit
jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh duni . Demam reumatik yang
menimbulkan gejala sisa pada katup-katup jantung disebut sebagai penyakit
jantung reumatik.
Endokarditis infektif.
merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada
lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada
katup jantung, namun dapat terjadi pada endokardium di tempat lain.
2. Etiologi
Penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,Lebih
dari 90 % kasus penyakit jantung bawaan penyebabnnya adalah multifaktorial, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor
Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi :
Rubella.
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang
atau jamu.
2. Faktor
Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit
jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom
Down.
Lahir dengan kelainan bawaan yang
lain.
3. Faktor
Lingkungan
Radiasi
Gizi
ibu yang jelek
Kecanduan obat-obatan dan
Alcohol
juga mempengaruhi perkembangan embrio
(Buku
Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan PembuluhDarah
Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
3.
Tanda dan Gejala
Gejala
Dalam
masa bayi dan masa kanak-kanak, ada sangat sedikit gejala abnomal kongenita,
kecuali menyebabkan sianosis atau payah jantung kongesti. Seseorang jangan hanya
melihat gejala, tetapi lebih baik melihat gejala, tetapi lebih baik melihat
tanda yang diperlihatkan oleh pasien. Tidak adanya keluhan gejala ini tidak
hanya karena ia seorang anak tetapi juga karena fakta bahwa untuk orang yang
dilahirkan dengan suatu cacat, sulit untuk mengetahuhi apa yang normal. Anak yang
karakteristiknya tenang dan lebih suka
aktivitas dalam rumah bisa muncul setelah operasi .
Pasien
sianotik mudah ditemukan. Pasien bisa mampu berjalan pada tingkat kecepatannya
sendiri untuk jarak cukup jauh .Anak dengan Tetralogi Fallot khas berjongkok
untuk istirahat pada waktu kelelahan.
Payah
jantung lebih cenderung timbul pada bayi dalam minggu atau bulan pertama
kehidupan. Gejala mencakup pernafasan yang cepat dan bahkan sulit, kelelahan
waktu makan dan pertambahan berat badan yang lambat
Tanda
1
Tekanan darah
Tekanan darah ( bila diukur ekstremitas atas dan bawah
dengan manset yang sempit dari ukuran yang tepat) merupakan komponen penting pemeriksaan fisik
untuk semua pasien yang diduga menderita penyakit jantung congenital.
2
Denyut radialis dan femoralis
Palpasi kedua denyut radialis serentak, serta denyut
radialis dan femoralis serentak memberikan informasi tentang obstruksi atau
aliran aorta
3
Pulsasi vena
Pulsasi vena menunjukkan peningkatan tekanan paengisisan atrium kanan atau
obstruksi bagi saluran keluar atrium kanan
4
Sianosis
Tanda sianosis tidak hanya mencakup warna biru pada kuku,
membrane mukosa dan kulit, tetapi sering warna merah muda pada pipi seluruh
konjuntuva serta clubbing jari tangan dan jari kaki
5
Kardiomegali
Tanda kardiomegali pada bayi dan
anak kecil adalah benjolan prekordium tepat dikiri sternum jika ventrikel kanan
membesar, dan pada apeks yang sering tergeser kebawah dan keluar, jika
ventrikel kiri terlalu besar
Pada palpasi, Lift ventrikel kanan
dan kiri menyertai bukti pembesaran yang terlihat ini.
6
Bising jantung
Saat dan lokasi bising jantung memounyai makna khusus dalam
diagnosis penyakit jantung congenital.
Bising holosistolik secara tidak
langsung berarti hubungan abnormal antara ventrikel dan beberapa kamar lain
selama systole
Bising sistolik ejeksi padabasis
jantung disebabkan oleh ejeksi darah dalam jumlah normal
Bising berasal dari pulmonal yang
menjalar kelapangan paru posterior
Bising diastolic kurang lazim
dibandingkan yang sistolik pada penyakit jantung congenital
Bising awal dan mediodiastolik pada
basis dan sepanjang batas sternum kiri karna insufiensi katup semilunaris
Bising mediodistolik yang lebih
rendah diatas prekordium
BIsing sistolok dan diastolic yang
kontinu disebabkan oleh hubungan arterio-venosa
7
Bunyi jantung juga tanda penting
dalam diagnosis
Bunyi kedua pada sela iga kedua kiri
sangat penting. Normalnya bunyi ini terbelah dan komponen aorta mendahului
pulmonal.Bunyi jantung ketiga pada apeks terdengar pada banyak anak yang normal
Bunyi jantung keempat patologi
Dalam jantung yang gagal, bunyi
menjadi S3, S4 atau summation gallop
8
Bunyi ejeksi atau click
Bunyi ejeksi sistolik yang dini atau
click berasal dari Katup atau vascular
Bila suatu bising sistolik ejeksi
pada basis jantung ditemukan , maka bunyi ejeksi sistolik yang dini
menggambarkan bahwa stenosis lebih bersifat valvular dari pada sub-atau
supravalvular
Click dapat juga terdengar bila
aorta atau arteri pulmonalis berdilatasi
Click mediosistolik disertai bising
sistolik lanjut pada apeks.
9
Edema
Edema
pada subjek rawat jalan bersifat dependen, tetapi pada bayi yang bahkan tidak
dapat duduk, edema juga bersifat generalisata
Adanya
edema pertama kali bisa dideteksi sebagai bengkak paltebra,
Ronci
merupakan bukti edema paru tetapi pada bayi merupakan suatu tanda lanjut.
4.
Klasifikasi
Ada 2 kelompok
besar penyakit jantung bawaan yaitu :
1.
Penyakit
Jantung Bawaan yang Tidak Biru ( asianotik )
Ada 2 kelompok besar
yaitu:
- Terdapat defek / lesi/lubang
sehingga terjadi aliran pirau dari kiri ke kanan (dari darah yang penuh oksigen
ke dalam darah yang kurang oksigen), misalnya pada PDA, ASD, VSD, AVSD.
- Terdapat lesi obstruktif di jantung
kanan atau kiri tanpa aliran pirau misalnya: AS, Coarch, PS.Penyakit jantung bawaan
tidak biru dengan lesi/lubang hingga terdapat aliran dari kiri ke kanan.
2.
Penyakit
Jantung Bawaan yang biru ( sianotik )
Terdapat 2 kelompok besar yaitu:
- Aliran darah ke paru kurang
(oligemic lung)
- Aliran darah ke paru berlebih (plethoric lung)
5.
Patofisiologi
Secara
fisiologis sirkulasi paru akan membawa darah yang telah teroksigenasi
meninggalkan paru dan akan masuk kembali ke dalam siklus jantung untuk
dialirkan kembali keseluruh tubuh guna memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen
seluruh organ-organ vital dalam tubuh
Sedangkan
secara patofisiologi pada kelompok ini terdapat defek pada dinding pemisah
antara ventrikel kiri dan kanan sehingga dapat menimbulkan peralihan (shunt)
darah yang telah teroksigenasi penuh akan kembali ke paru-paru.
Arah
dan besar shunt tersebut bergantung pada ukuran defek dan tekanan relatif
pulmonal dan sistemik serta tahanan vaskuler pulmonal dan sistemik. Normalnya,
tahanan arteriol pulmonal janin yang tinggi akan menurun dengan cepat pada
pernapasan dan pada umur jam-jam pertama neonatus, kemudian penurunan lebih
perlahan-lahan dan stabil pada setingkat dewasa sekitar umur 3-6 bulan.
Pemajanan yang lama sirkulasi pulmonal pada tekanan dan aliran darah yang
tinggi akan menyebabkan kenaikan tahanan vaskuler pulmonal sedikit demi
sedikit. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia neonatus tahanan
vaskuler pulmonal akan menurun akibatnya shunt darah dari kiri ke kanan yang
melalui defek tersebut akan mulai dan bertambah besar, sehingga menyebabkan
bertambahnya volume darah dalam paru dan mengakibatkan menurunkan kelenturan
paru dan menaikkan kerja pernapasan.
Peningkatan
volume paru yang berlebihan akan menyebabkan cairan tersebut bocor ke dalam
sela intertisial dan alveoli sehingga menimbulkan edema paru dan akan
menimbulkan gejala seperti takipneu, retraksi dada, pernapasan cuping hidung
dan mengi. Akibat dari edema paru ini menyebabkan volume dalam ventrikel kiri
berkurang dan untuk tetap mempertahankan tingkat curah ventrikel kiri yang
tinggi, frekuensi jantung dan volume sekuncup dinaikkan yang diperantarai oleh
aktivitas sistem saraf simpatis mengaktivasi katekolamin dalam sirkulasi,
bersama dengan bertambahnya kerja pernapasan mengakibatkan kenaikan konsumsi
oksigen total tubuh, sering diluar kemampuan transport oksigen sirkulasi sehingga
menimbulkan gejala tambahan seperti berkeringat, iritabel, takikardi dan gagal
tumbuh. Peningkatan volume paru yang berlebihan akan menyebabkan
cairan tersebut bocor ke dalam sela intertisial dan alveoli sehingga
menimbulkan edema paru dan akan menimbulkan gejala seperti takipneu, retraksi
dada, pernapasan cuping hidung dan mengi. Akibat dari edema paru ini
menyebabkan volume dalam ventrikel kiri berkurang dan untuk tetap
mempertahankan tingkat curah ventrikel kiri yang tinggi, frekuensi jantung dan
volume sekuncup dinaikkan yang diperantarai oleh aktivitas sistem saraf
simpatis mengaktivasi katekolamin dalam sirkulasi, bersama dengan bertambahnya
kerja pernapasan mengakibatkan kenaikan konsumsi oksigen total tubuh, sering
diluar kemampuan transport oksigen sirkulasi sehingga menimbulkan gejala
tambahan seperti berkeringat, iritabel, takikardi dan gagal tumbuh
7.
Gambaran Laboratorium
a. Pemeriksaan
noninvasif a, c, dam f paling member informasi dan paling lazim digunakan
1.
EKG, memberikan bukti tentang irama
: frekuensi hantaran, sumbu listrik, dilatasi kamar jantung atau hipertrofi
2.
Vektorkardiogram menginterpretasi
informasi diatas dalam tontonan tiga dimensi
3.
Seri jantung dari foto toraks
4.
Fonokardiogram membuat rekaman
permanen bagi bunyi dan bising jantung serta membantu menjelaskan kebingungan
pada waktu kejadian diauskultasi
5.
Ekokardiogram
6.
Apekskardiogram merekam gerakan
jantung dalam hubungan dengan EKG yang serentak
7.
Interval waktu sistolik memberikan
informasi tentang masa preejeksi dan ejeksi
8.
Rekaman tekanan tidak langsung dari
pulsasi arteri merekam kejadian yang dipalpasi dalam suatu layar dengan
ketelitian dan kemurnian yang tinggi, meniru rekaman intraarteri
9.
Tes gerak badan pada treadmill
b. Teknik
Invasif
1.
Katerisasi jantung dengan
visualisasi kontraks yang selektif
2.
Pemeriksaan eletrofisiologi yang
didapat pada katerisasi jantung kanan bermanfaat dalam menggambarkan aritmia
yang rumit dan kelainan hantaran
3.
Pemeriksaan radionuklid saat
istirahat dan selama gerak badan merupakan tambahan jantung untuk mengevaluasi
penampilan miokardium dan perfusi maupun pirau utama.
4.
Angiokardiografi subtraksi digital
memberikan gambaran yang baik bagi anatomi jantung yang abnormal dengan lebih
sedikit radiasi.
c. Pemeriksaan
Lainnya
1.
Pemeriksaan gas darah
2.
Eletrolit dan glukosa serum bias
berubah dalam asidosis metabolic atau respirasi atau pada terapi diuretic
jangka panjang untuk payah jantung
3.
Penemuan hemoglobin dan hematokrit
sangat bermanfaat dalam diagnosis dan penatalaksanaan pasien sianotik
4.
Survai koagulasi yang terpadu
diindikasikan untuk pasien sebelum dan setelah pembedahan jantung, terutama
bila sirkulasi ekstrakorporal digunakan atau bila ada riwayat pendarahan yang
tidak biasa.
5.
Pemeriksaan neurologi seperti
eletroensefalogram, pencitraan resonansi magnet, tomografi di komputerisasi.
B. Konsep Dasar Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
1. Pengkajian
Lakukan
pengkajian fisik dengan penekanan khusus pada warna, nadi, (apical dan perifer
). Pernapasan, tekanan darah, serta pemeriksaan dan auskultasi dada.
Dapatkan
riwayat kesehatan termasuk bukti penambahan berat badan yang buruk, makan
buruj, intoleransi aktivitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran
pernapasan yang sering.
Observasi
ananak terhadap manifestasi penyakit jantung congenital.
Pada bayi
Sianosis
–Umum, khususnya membrane mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area
vaskularisasi tinggi
Dispnea,
khususnya setelah kerja fisik seperti makan , menangis, dan mengejan
Keletihan
Pertumbuhan
dan perkembangan buruk (gagal tumbuh ) sering mengalami infeksi saluran
pernapasan
Kesulitan
mmakan
Hipotonia
Keringat
berlebihan
Serangan
sinkop seperti hiperpnea paroksismal, serangan anoksia
Anak Yang Lebih Besar
Kerusakan
pertumbuhan
Perkembangan
tubuh lemah, sulit
Keletihan
Dispnea
pada aktivitas
Ortopnea
Jari
tabuh
Berjongkok
untuk menghilangkan dispnea
Sakit
kepala
Epistaksis
Keletihan
kaki
2. Diagnosa keperawatan
a)
Risiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
b)
Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
c)
Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan
nutrient pada jaringan ; isolasi social
d)
Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung.
e)
Risiko
tinggi cedera (komplikasi) behubungan dengan kondisi jantung dan terapi
3 . Intervensi Keperawatan / Rasional
/ Evaluasi
a)
Risiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
Sasaran Pasien : Pasien
menunjukkan perbaikan curah jantung
Rencana
intervensi dan rasional
Beri
digoksin sesuai pesanan dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk
mencegah toksisitas
Beri
obat penurunan afterload sesuai instrusi
beri
diuretic sesuai istruksi
Hasil yang diharapkan :
Frekuensi
jantung, tekanan darah , dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai
usia
Keluaran
urine adekuat ( antara 0,5 dan 2 ml/k, tergantung usia anak
b)
Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
Sasaran pasien : Pasien tidak menunjukan bukti-bukti
infeksi
Rencana
intervensi dan rasional
Hindari
kontak dengan individu yang terinfeksi.
Beri
istirahat yang adekuat
Beri
nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami
Hasil yang diharapkan :
Anak
bebas dari infeksi
c)
Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan
nutrient pada jaringan ; isolasi social
Sasaran Pasien 1 : Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat
badan dan tinggi badan
Rencana
intervensi dan rasional
Beri
diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
Pantau
tinggi dan berat badan,, gambarkan pada grafik pertumbuahn untuk menentukan kecenderungan
pertumbuhan
Dapat
memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila diinstruksikan
Sasaran
Pasien 2 : Pasien
mempunyai kesempatan untuk berpartisifasi dalam aktivitas yang sesuai.
Rencana
intervensi dan rasional
Dorong
aktivitas sesuai usia
Tekankan
bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang
lain
Izinkan
anak untuk menata ruangannya sensiri dan batasab aktivitas karena anak akan
beristirahat bila lelah
Hasil yang diharapkan :
Anak
mencapai pertumbuhan yang adekuat
Anak
melakukan aktivitas sesuai usia
Anak
tidak mengalami isolasi sosial
d)
Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung.
Sasaran Pasien 2
: Pasien mengalami penurunan rasa takut
dan ansietas
Rencana
intervensi dan rasional
Diskusikan
dengan orang tua dan ananak ( bila tepat ) tentang ketakutan mereka dana
masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering
menyebabkan ansietas / rasa takut.
Sasaran Pasien 2
: Pasien menunjukkan perilaku koping yang positif
Dorong
kkeluarga untuk berpartisifasi dalam perawatan anak selama dihospitalisasi
untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah
Dorong
keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah
kelelahan pada diri mereka sendiri
Bantu
keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk
anak
Sasaran Pasien 3 (
Keluaarga ) :
Paien (keluarga ) menunjukkan
pengetahuan tentang perawatan dirumah.
Rencana
intervensi dan rasional
Ajari
keterampilan yang dirlukan untuk perawatan di rumah
Pemberian
obat-obatan
Teknik pemberian makanan
Intervensi
mengenai penghematan energy dan yang diarahkan pada penghilangan gejala yang
menakutkan
tanda-tanda
yang mengindikasikan adanya komplikasi
Dimanan
dan siapa yang harus dihubunga untukk meminta bantuan dan bimbingan
Hasil yang diharapkan :
Pasien
mengalami penurunan rasa takut dan ansietas
Keluarga
menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
Keluarga
menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk perawatan dirumah
Anggota
keluarga mempelajari teknik resusitasi jantung
e)
Risiko
tinggi cedera (komplikasi) behubungan dengan kondisi jantung dan terapi
Sasaran Pasien 1
: Pasien mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini
Rencana
intervensi dan rasional
Ajari
keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi
Gagal
Jantung KOhesif (GJK )
Tanda awal :
- Takikardia, khususnya selama istirahat
dan aktivitas ringan
- Takipnea
- Keringat banyak dikulit kepala,
khususnya pada bayi
- Keletihan dan iritasi
- Penanbahan dan iritasi
- Penambahan Berat badan yang tiba-tiba
- Distres pernapasan
- Toksisitas digoksin : Muntah , mual ,
anoreksia, bradikardia
- Distritmia
- Hipoksemia
- Kolaps Kardiovaskular
Ajari
keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
Tempatkan
anak pada posisi lutut – dada dengan kepala dan dadaditinggikan
Tetap
tenang
Beri
Oksigen 100 % dengan masker wajah bila ada hubungi praktisi
Sasaran Pasien 2
: Pasien ( keluarga ) Menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostic dan
pembedahan
Rencana
intervensi dan rasional
Jelaskan
atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada
keluarga
Siapkan
anak dan orang tua untuk prosedur
Bantu
membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan
Gali
perasaan mengenai pilihan pembedahan
Hasil yang diharapkan :
Keluarga
menunjukkan pemahaman tentang prosedur
DAFTAR
PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall (
1997 ), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Pusdiknakes,
(1993), Proses Keperawatan Pada pasien
Dengan gangguan Sistem Kardiovaskuler, EGC, Jakarta
Sastroasmoro
Sudigdo and Bambang Madiyono ( 1994 ), Buku
Ajar Kardiologi Anak , penerbit Binarupa Aksara, Jakarta
Sastroasmoro
Sudigdo ( 1998 ), Dasar Diagnosis &
tata Laksana Penyakit jantung Bawaan, Perhimpunan Kargiologi anak
Indonesia, Jakarta
Wong,
L Donna ( 2003 ) Wong and Whaley’s
clinical manual of pediatric nursing, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Itulah tadi penjelasan tentang Asuhan keperawatan jantung kogenital. semoga bermanfaat. Dan bila ada pertanyaan atau saran, silahkan tulis komentar kamu di kolom komentar di bawah. Dapatkan banyak lagi inlmu pada blog ini di sini. terima kasih.
Tags:
Artikel